Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rose Kalemba, Diperkosa di Usia 14 Tahun, Berjuang Menghapus Video Pemerkosaannya di Situs Porno

Kompas.com - 11/02/2020, 23:03 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Perjuangan menghapus video pemerkosaan dari situs porno

Beberapa bulan pasca-kejadian, dia tengah berselancar di MySpace ketika beberapa orang dari sekolahnya membagikannya tautan.

Karena dia juga ditautkan, dia melihat apa isi link tersebut, dan masuklah dia ke dalam situs porno Pornhub, di mana videonya terunggah.

Rose Kalemba mengingat bagaimana terdapat beberapa judul menyakitkan di video tersebut, dan sudah ditonton hingga 400.000 kali.

Dia memutuskan untuk tidak menceritakannya kepada keluarganya. Di saat anggapan tentangnya memburuk, menceritakannya tak ada gunanya.

Namun dalam beberapa hari, setengah dari sekolahnya sudah melihatnya. Dia dirundung dan dianggap dia sendiri yang meminta pelaku.

Baca juga: Kasus Siswi SMA Diperkosa 17 Pelajar, Kepsek Ingin Para Pelaku Bisa Ikut UN

Sejumlah murid laki-laki mengaku disuruh orangtuanya untuk menjauhi Rose. Sebab, mereka takut jika anak mereka digoda dan kemudian dituduh memperkosa.

Dalam periode enam bulan di 2009, Rose mengatakan dia sudah meminta Pornhub beberapa kali melalui surat elektronik agar video itu dihapus.

Namun selama itu, dia tidak memperoleh balasan dengan video itu masih tetap beredar. Hingga dia kemudian menemukan cara jitu.

Dia kemudian membuat alamat surel baru dan menyaru sebagai pengacara. Dia mengancam Pornhub agar menghapus video tersebut. Kalau tidak dia akan menuntutnya.

"Hanya dalam waktu 48 jam, video tersebut menghilang," ujarnya. Beberapa bulan kemudian, Rose mulai menerima bimbingan konseling.

Perlahan tapi pasti, dia mulai membuka identitas para pemerkosa kepada psikolog, yang segera melaporkannya kepada pihak berwenang.

Baca juga: Remaja Wanita yang Diperkosa Ayah, Kakak, dan Sepupu Hamil 6 Bulan

Polisi kemudian mengumpulkan keterangan dari Rose dan keluarganya. Namun, pengacara pemerkosa bersikeras mereka setuju untuk berhubungan seks.

Para pria itu kemudian tidak dijatuhi dengan dakwaan pemerkosaan, tetapi "turut serta membuat anak di bawah umur melakukan tindak pidana".

Mereka dijatuhi hukuman percobaan. Rose Kalemba dan keluarganya tak punya tenaga maupun sumber daya untuk memberi hukuman berat bagi pelaku.

Selama beberapa tahun sesudahnya, dia tenggelam dalam dunia digital. Menulis dan mengekspresikan dirinya di blog serta media sosial. Kadang menggunakan nama samaran. Kadang mengungkapkan jati dirinya.

Sang ayah menceritakan, dia baru mendengar tentang Pornhub pada 2019, atau momen saat blog berisi kisah putrinya viral di media sosial.

Dia mengaku baru pada 2019, dia mengetahui bahwa video yang memperlihatkan putrinya sudah dilihat orang banyak, atau fakta bahwa mereka mengoloknya.

"Ini seperti dunia sudah merendahkannya. Pelecehan terhadapnya. Terasa seperti lelucon bagi semua orang. Dia berubah karena itu, dan orang terus merendahkannya," katanya.

Baca juga: Siswi SMA Diperkosa Pacar dan Belasan Rekannya Sendiri

Pornhub pejuang keadilan sosial dan ras?

Pada tahun 2019, ketika sedang melihat akun media sosialnya, Rose melihat sejumlah posting tentang Pornhub.

Masyarakat memuji karena sumbangannya bagi konservasi lebah, penambahan fasilitas untuk tunarungu, menyumbang pada organisasi anti KDRT dan memberikan beasiswa 25.000 dollar AS atau Rp 342 juta kepada perempuan yang ingin berkarir di TI.

Menurut Pornhub, tercatat 42 miliar kunjungan ke situsnya pada tahun 2019, peningkatan 8,5 miliar dibandingkan tahun sebelumnya, dengan kunjungan per hari 115 juta.

Dan tercatat 1.200 pencarian per detik.

"Mereka sangat berhasil menempatkan diri sebagai pejuang masalah keadilan sosial dan ras, sehingga nyaris melampaui bisnis pornografinya," kata Rose. "Tetapi video dengan judul yang mirip dengan video saya, tetap ada di situs itu," tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com