Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/11/2019, 13:30 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

FUNAFUTI, KOMPAS.com - Pemerintah Tuvalu menyatakan, mereka memutuskan menolak tawaran dari perusahaan China untuk membangun pulau buatan.

Menurut Menteri Luar Negeri Simon Kofe, perusahaan itu menawarkan pembangunan untuk membantu dengan semakin naiknya air laut.

Namun dilanasir Reuters via BBC Kamis (21/11/2019), dia melihat bahwa tawaran itu sebagai upaya untuk mereduksi pengaruh Taiwan.

Baca juga: Kepulauan Solomon Akui China, Seperti Ini Kekecewaan Taiwan

Karena itu, Tuvalu, negara kecil yang terletak di Samudera Pasifik, menegaskan dukungannya kepada Taiwan, seperti dikatakan Kofe.

Beijing berusaha meningkatkan pengaruhnya hingga ke kawasan Pasifik, dan meningkatkan kewaspadaan baik Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

Hanya 15 negara yang masih mengakui kedaulatan Taipei, dan menjalin hubungan diplomatik setelah lainnya memutuskan beralih ke China.

Taiwan sudah kehilangan dua negara di Pasifik, Kiribati dan Kepulauan Solomon, setelah mereka mengalihkan dukungan kepada Beijing.

Negeri "Panda" menolak untuk mempunyai hubungan diplomatik dengan negara yang mengakui Taiwan, dengan Taipei menuduh mereka menggunakan pengaruh finansial.

Kofe menuturkan, Funafuti menyokong Taiwan, dan yakin tiga negara tersisa yang masih mendukung, Kepulauan Marshall, Palau, dan Nauru berpikiran serupa.

"Kami percaya dengan kekuatan kerja sama dan persatuan. Bersama, kami mampu bisa membendung pengaruh dari China," tegas Kofe.

Dia mengungkapkan sebuah perusahaan China mendekati warga lokal, dan menawarkan membuat pulau buatan dengan nilai transaksi 400 juta dollar AS, atau Rp 5,6 triliun.

Kofe yakin bahwa perusahaan tersebut disokong Beijing, dan mengatakan dia banyak mendengar negara yang terjebak utang dari China.

"China membeli pulau kami dan berniat membangun pangkalan militer di seluruh dunia. Itulah yang membuat kami khawatir," jelasnya.

China masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari mereka, dan menyatakan pulau itu harus kembali bersatu. Bahkan dengan kekerasan jika perlu.

Tekanan terhadap Taipei makin besar sejak Presiden Tsai Ing-wen terpilih pada 2016, dan menolak untuk mengakui prinsip "satu China".

Karena itu, pernyataan yang diucapkan Kofe sangat membantu Tsai dalam upayanya untuk kembali terpilih dalam pemilu Januari 2020.

Baca juga: Taiwan Putus Hubungan Diplomatik dengan Kiribati karena Akui China

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com