Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Di Chennai, Air Kini Lebih Mahal dari Bensin

Kompas.com - 26/07/2019, 10:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEKITAR empat tahun lalu, Chennai, sebuah kota di India Selatan, yang merupakan ibu kota Tamil Nadu hampir terendam. Krisis air kini melanda Chennai dan sekitarnya. 

Sebelumnya, banjir terburuk sepanjang sejarah modern – yang disebabkan oleh rangkaian badai dari Teluk Bengal – melumpuhkan aktivitas 11 juta penduduk yang tinggal di kota pusat manufaktur dan jasa ini.

Bahkan, komunikasi dan transportasi ke Chennai pun terputus sebab genangan air payau membanjiri landasan pacu di Bandara Internasional Anna. Banjir ini mengakibatkan lebih dari 500 korban jiwa dan sekitar 1,8 juta penduduk mengungsi.

Dan sekarang, Chennai dilanda kekeringan yang berkepanjangan, akibat dari tidak turunnya hujan selama lebih dari 200 hari. Empat waduk utama Chennai kini kering kerontang.

Baca juga: Banjir di Chennai, India, Tewaskan Puluhan Orang

 

Danau Chembarambakkam yang sejak dahulu kala mengairi Chennai, juga mengering dengan cepat.

Namun bagi Anbu, seorang supir truk berusia 28 tahun, fenomena kekeringan terburuk selama 140 tahun ini telah menjadi sumber pekerjaan.

Ironis memang, saat banjir 2015 silam, dia terpaksa meninggalkan desanya di Pavandhur, sekitar 250 kilometer ke selatan Chennai sebab desanya telah kehabisan air.

Meskipun memiliki latar belakang pendidikan di teknik keramik, Anbu berharap menjadi petani tebu seperti ayahnya. “Ketika ada air, tanamanlah yang benar-benar memberi timbal balik,” jelas Anbu.

Tapi, ketika Tim Ceritalah menemuinya di bengkel perawatan truk di Paonamalle, pinggiran Chennai, Anbu tampak berseri-seri dan membanggakan truk tangki airnya yang baru saja dicat dengan warna cerah.

Pekerjaannya sebagai supir truk mengharuskan Anbu bekerja selama 24 jam, dan menjadikan truk kebanggannya tersebut sebagai rumah baginya.

Baca juga: Garap Wisman India, Batik Air Buka Rute ke Chennai

Angin panas yang berdebu bertiup dihalaman bengkelnya, di mana terdapat dua truk lain yang sedang diperbaiki. Panas yang menyengat membuat Anbu tampak jauh lebih tua.

Namun, keberadaan pria ini dan supir truk lainnya kemungkinan besar telah menyelamatkan ribuan penduduk Chennai yang hampir mati kehausan.

Anbu setiap hari melewati danau Chembarambakkam, yang dulunya merupakan sumber air utama kota Chennai. Danau ini dulu menjadi pusat bagi kampung-kampung nelayan.

Danau Chembarambakkam dibangun oleh raja-raja Chola sekitar 900 tahun lalu. Mereka membangun sistem hidrologi yang berseluk-seluk – terdiri dari rangkaian tangki, tanggul, dan danau – yang berperan menopang kesejahteraan kawasan Chennai kala itu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke