Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Di Chennai, Air Kini Lebih Mahal dari Bensin

Kompas.com - 26/07/2019, 10:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tata kota yang tidak teratur dan pembangunan ilegal (banyak bangunan di atas danau-danau kota itu) serta ekosistem hutan bakau dan perairan yang rapuh kian merusak lingkungan hidup di Chennai.

Penggalian tanah di dekat dasar danau dan gagalnya pengerukan tersebut hanya memperburuk situasi. Ditambah lagi, jumlah air yang disalurkan ke kota telah turun di bawah 10 persen dari pasokan biasanya.

Untuk menambah pasokan air, tiga pabrik penyulingan air laut terpaksa bekerja lebih keras dan pemerintah pun harus mendatangkan air menggunakan kereta api dari daerah pedalaman.

Namun, solusi-solusi ini – seperti air hasil dari penggalian danau – bersifat tidak berkelanjutan.

Memang, mengelola sumber air adalah tantangan yang tengah dihadapi kawasan Asia Selatan. The National Institution for Transforming India (NITI Aayong/Lembaga think tank untuk transformasi India) memperkirakan 21 kota di India akan kehabisan air tanah pada 2020.

Dengan musim hujan yang datangnya lebih lambat dan lebih jarang dari biasanya tahun ini, kota-kota di seluruh India lambat laun akan dilanda kekeringan.

Hanya sedikit yang telah dilakukan untuk mewujudkan strategi pengelolaan air bagi keseluruhan India, meski beberapa negara bagian lain, seperti Andhra Pradesh, tidak mengalami situasi buruk yang serupa.

Di sisi lain, pembangunan kanal dan bendungan di negara bagian yang bersebelahan, seperti Karnataka, telah membuat pasokan air di Tamil Nadu semakin menipis.

Chennai hampir lumpuh dengan harga air yang meroket. Anbu mengatakan 20 liter air minum, yang dulu harganya 25–30 Rupee saat ini bisa mencapai 80–100 Rupee.

Artinya saat ini, air lebih mahal daripada bensin di Chennai – yang harganya 76,18 Rupee per liter.

Pabrik-pabrik mobil telah berhenti beroperasi sementara, dan sekitar 20.000 karyawan berisiko tidak mendapatkan gaji saat mereka sangat membutuhkannya.

Banyak perusahaan berbasis teknologi di Chennai, yang juga menopang 20.000 pekerja, telah meminta karyawan mereka untuk bekerja dari rumah.

Kantor-kantor ini sebagian besar mendapatkan pasokan air dari truk seperti milik Anbu, namun harganya kini telah dua kali lipat lebih mahal.

Pedagang kaki lima yang dikunjungi Tim Ceritalah mengatakan bahwa pada malam hari mereka menghabiskan waktu mencari air untuk rumah dan usaha mereka.

Ironi lainnya: negara bagian Bihar dan Assam di utara dan timur laut India, saat ini tengah dilanda banjir bandang, yang memakan banyak korban jiwa.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com