KOMPAS.com - Salah satu perempuan paling kuat dalam sejaran China adalah Permaisuri Cixi. Setelah menjadi selir berpangkat rendah, dia menjelma sebagai permaisuri yang memerintah di balik tirai.
Selama kekuasaannya, dia memantau sejumlah reformasi ekonomi dan militer. Cixi membantu mengubah China menjadi kekuatan yang lebih modern.
Sebagai seorang janda, dia memerintah sebagai wali untuk putranya yang menjadi kaisar pada usia lima tahun.
Kehidupan permaisuri janda ini diselimuti misteri. Namun, dia tercatat lahir pada 29 November 1835 dari keluarga bangsawan Manchu.
Manchu merupakan etnis minoritas yang berkuasa sejak 1600-an. Keluarganya diyakini sebagaii pegawai pemerintah.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Elizabeth Fry, Sang Malaikat Penjara
Namun, nama kelahirannya tidak didokumentasikan. Nama ayahnya adalah Hsiang dari klan Yehenara, sementara nama ibunya tidak diketahui.
Kebijakan kekaisaran Qing melarang publikasi secara rinci soal kehidupan pribadi.
Cixi juga kemungkinan bisa membaca, menulis, menggambar, dan menjahit. Terlahir sebagai perempuan, pendapatnya tidak berarti banyak bagi para pria.
Pada 1849, dia menjadi salah satu dari 60 calon selir kekaisaran.
Sebagai gadis berusia 16 tahun, dia menjadi selir bagi kaisar China Xianfeng yang baru dinobatkan.
Dipilih sebagai selir berpangkat rendah, Cixi meninggalkan keluarganya untuk tinggal di Kota Terlarang bersama perempuan lainnya.
Kelahiran putra itu membuat Cixi meningkatkan statusnya dan memberinya kunci=kunci kekuasaan.
Menghadapi kekacauan di negerinya, Kaisar Xianfeng meninggal dunia pada 1861. Putranya yang berusia lima tahun menjadi ahli waris, Kaisar Tongzhi.
Sebelum ajal menjemput, Xianfeng memilih 8 orang untuk mmebentuk Dewan Pengawas untuk memerintah sampai putranya menjadi dewasa.