Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Balapan Burung Dara di China, Olahraga Bernilai Miliaran Rupiah

Kompas.com - 07/04/2019, 13:25 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber CNN

Mereka bakal terbang secepat mungkin hingga ke rumah mereka. Si pemilik kemudian bakal memindai perangkat elektronik yang dipasang sebelumnya.

Data dari perangkat itu akan sampai ke panitia balapan, yang bakal mengunggah nama pemenang balapan ke internet, dan membayar uang hadiah ke pemilik.

Biaya untuk mendaftarkan burung aduannya hanya bernilai beberapa yuan. Namun, ada pemilik yang sengaja mendaftarkan banyak burung agar kans menang lebih besar.

Sementara bagi pemilik dan pembalap seperti Zhang yang terkendala biaya, mereka bakal sangat selektif memilih burung yang dirasa paling besar peluang menangnya.

Baca juga: Studi: Tikus dan Burung Dara Mungkin Menggantikan Spesies Ikonik

Olahraga Berbiaya Mahal

Di tengah pagi buta, Zhang melepaskan burung dara miliknya di Niutuo, dan memperhatikan jika mereka kembali pulang dengan kamera yang terhubung ke ponsel.

Zhang, mantan manajer sebuah perusahaan makanan milik negara, sangat senang dengan kecepatan burungnya, dan merasa investasinya tidak sia-sia.

Setiap tahun, Zhang harus menggelontorkan setidaknya 100.000 yuan, atau sekitar Rp 210,2 juta, kepada burung daranya sebagai biaya perawatan.

Baca juga: Dijanjikan Rp 50.000 untuk Beli Burung Dara, Bocah 12 Tahun di Cikarang Dicabuli

Biaya tersebut mencakup pakan, obat-obatan, biaya pendaftaran, transportasi pelatihan, hingga membeli kamera yang dipasang di kandang.

Dia mengaku tidak menghitung berapa banyak yang sudah ia keluarkan. "Namun yang saya tahu, saya kehilangan uang. Begitu juga yang lain," papar dia.

Burung aduan miliknya rata-rata adalah keturunan Belgia dan Belanda. Jauh lebih besar dan kuat dibanding merpati lokal yang hanya dibiakkan sebagai peliharaan.

Setiap musim semi, Zhang menjelaskan ada sekitar 100 ekor burung dara yang lahir. Namun jumlah itu pada akhirnya menyusut menjadi 20 ekor saja.

Penyusutan signifikan itu terjadi karena beberapa faktor, seperti mati karena sakit atau terluka saat balapan karena menabrak tiang, atau tersesat saat pulang ke rumah.

Menurut Zhang, bagian paling menarik dari olahraga ini adalah penuh dengan ketidakpastian. Bisa saja burung yang jadi juara di satu musim balapan malah menjadi pecundang di musim depan.

"Ini adalah olahraga yang membuat orang-orang bahagia, getir, cemburu, dan berambisi. Semua bercampur menjadi satu membuatnya menarik," tutur dia.

Olahraga ini bukan tanpa kendala. Dia berkata ada saja orang yang berniat mencuri burung andalan dengan cara dijaring kemudian dijual kembali.

Baca juga: Ratusan Burung Dara di Hutan Kota Bekasi Hilang, Diduga Dicuri

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com