Salin Artikel

Mengintip Balapan Burung Dara di China, Olahraga Bernilai Miliaran Rupiah

Kandang bambu itu bakal dimasukkan ke dalam van, di mana Zhang bakal membawanya ke tempat sejauh 200 km dari apartemennya di Beijing, dan melepaskannya.

Ya. Zhang tengah melatih burung dara miliknya guna bersiap menyongsong musim balapan yang bakal digelar Oktober dan November mendatang.

Diwartakan CNN Minggu (7/4/2019), balap burung dara merupakan olahraga populer di China, dan total hadiah uang yang diperebutkan bernilai miliaran rupiah.

Zhang merupakan satu dari 100.000 peternak merpati balap di Beijing, berdasarkan keterangan Sun Yan, Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Merpati Balap Distrik Changping.

"Balapan burung dara tidak hanya sekadar budaya. Namun juga olahraga," terang Sun. Jumlah uang yang diperebutkan cukup besar.

Karena itu sempat muncul laporan penjualan merpati balap asal Belgia bernama Armando seharga 1,4 juta dollar AS, sekitar Rp 19,7 miliar, kepada penawar China.

Armando yang disebut sebagai Lewis Hamilton-nya merpati balap itu merupakan burung dengan kemampuan terbang jarak jauh yang mumpuni.

Tidak heran jika sempat terjadi perang tawar-menawar di antara dua kolektor China. Zhang berkata hobi itu sangatlah melelahkan. "Namun jika Anda sudah terjun, bikin ketagihan," katanya.

Olahraga Berusia Ratusan Tahun

Balapan burung dara pertama kali tercatat di akhir era Dinasti Ming, yakni antara 1368 hingga 1644. Sejak balapan itu populer, burung dara Eropa pun mulai didatangkan ke China.

Namun sejak era Qing berakhir pada 1912, kegiatan tersebut dilarang karena penguasa saat itu takut jika ada organisasi yang berniat menggulingkan mereka.

Pelarangan itu berlangsung sekitar dua dekade hingga 1930-an di mana balap merpati diperbolehkan kembali, disusul pembentukan asosiasi peternak di seluruh kota.

"Meski Eropa mungkin menjadi tempat lahirnya balap merpati, China menjadi negara populer bagi olahraga itu dengan banyak uang yang dipertaruhkan," kata Sun.

Para pembalap biasanya ada yang menyertakan merpati andalan mereka ke klub untuk dilatih secara kolektif. Atau seperti Zhang, pelatihan mandiri.

Saat hari balapan tiba, truk berisi burung dara aduan itu bakal dibawa berkilo-kilometer jauhnya ke sebuah tempat sebelum dilepaskan.

Mereka bakal terbang secepat mungkin hingga ke rumah mereka. Si pemilik kemudian bakal memindai perangkat elektronik yang dipasang sebelumnya.

Data dari perangkat itu akan sampai ke panitia balapan, yang bakal mengunggah nama pemenang balapan ke internet, dan membayar uang hadiah ke pemilik.

Biaya untuk mendaftarkan burung aduannya hanya bernilai beberapa yuan. Namun, ada pemilik yang sengaja mendaftarkan banyak burung agar kans menang lebih besar.

Sementara bagi pemilik dan pembalap seperti Zhang yang terkendala biaya, mereka bakal sangat selektif memilih burung yang dirasa paling besar peluang menangnya.

Olahraga Berbiaya Mahal

Di tengah pagi buta, Zhang melepaskan burung dara miliknya di Niutuo, dan memperhatikan jika mereka kembali pulang dengan kamera yang terhubung ke ponsel.

Zhang, mantan manajer sebuah perusahaan makanan milik negara, sangat senang dengan kecepatan burungnya, dan merasa investasinya tidak sia-sia.

Setiap tahun, Zhang harus menggelontorkan setidaknya 100.000 yuan, atau sekitar Rp 210,2 juta, kepada burung daranya sebagai biaya perawatan.

Biaya tersebut mencakup pakan, obat-obatan, biaya pendaftaran, transportasi pelatihan, hingga membeli kamera yang dipasang di kandang.

Dia mengaku tidak menghitung berapa banyak yang sudah ia keluarkan. "Namun yang saya tahu, saya kehilangan uang. Begitu juga yang lain," papar dia.

Burung aduan miliknya rata-rata adalah keturunan Belgia dan Belanda. Jauh lebih besar dan kuat dibanding merpati lokal yang hanya dibiakkan sebagai peliharaan.

Setiap musim semi, Zhang menjelaskan ada sekitar 100 ekor burung dara yang lahir. Namun jumlah itu pada akhirnya menyusut menjadi 20 ekor saja.

Penyusutan signifikan itu terjadi karena beberapa faktor, seperti mati karena sakit atau terluka saat balapan karena menabrak tiang, atau tersesat saat pulang ke rumah.

Menurut Zhang, bagian paling menarik dari olahraga ini adalah penuh dengan ketidakpastian. Bisa saja burung yang jadi juara di satu musim balapan malah menjadi pecundang di musim depan.

"Ini adalah olahraga yang membuat orang-orang bahagia, getir, cemburu, dan berambisi. Semua bercampur menjadi satu membuatnya menarik," tutur dia.

Olahraga ini bukan tanpa kendala. Dia berkata ada saja orang yang berniat mencuri burung andalan dengan cara dijaring kemudian dijual kembali.

Belum lagi masalah kecurangan. Sebagai contohnya menimpa dua orang peserta balap burung yang ketahuan berlaku curang pada April tahun lalu.

Mereka sengaja menyembunyikan burung dara mereka di kotak susu, dan pergi ke lokasi balapan di Henan menggunakan kereta peluru sebelum melepaskannya di Shanghai.

Kedua orang itu memang dinyatakan sebagai pemenang. Namun panitia curiga karena data kecepatan burung merpati balap tersebut tidak lazim.

Akhirnya setelah diperiksa, kedua orang itu didenda dan dipenjara selama tiga tahun karena menipu demi mendapat uang hadiah 147.000 dollar AS, atau Rp 2 Miliar.

Belum lagi kampanye pemerintah dalam penertiban bangunan liar yang berujung kepada penghancuran kandang burung dara aduan tersebut.

https://internasional.kompas.com/read/2019/04/07/13251981/mengintip-balapan-burung-dara-di-china-olahraga-bernilai-miliaran

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke