Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Kasta, Kepercayaan, dan Konflik di Balik Perpolitikan India

Kompas.com - 09/03/2019, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hal ini telah mendorong mereka untuk berkuasa di UP sebanyak tiga kali dalam 26 tahun terakhir.

Di sisi lain, Partai Bahujan Samaj (BSP--Partai Politik Nasionalis India) mewakili golongan Dalit (kasta terendah di India)–melalui pemimpin partai Mayawati–berhasil menguasai kursi Ketua Menteri UP sebanyak empat kali.

Sementara Partai Bharatiya Janata (BJP–partai penguasa pemerintah saat ini) sangat bergantung pada kelompok kasta pedagang dan kelas atas seperti Banias (kelompok pedagang) dan Brahmana (kelompok tokoh agama dan guru).

Isu kasta dan agama seringkali menjadi pemicu utama pertikaian di kehidupan sehari-hari di India–apalagi bila tercampur dengan politik.

Selain kerusuhan Muzaffarnagar pada 2013, terdapat beberapa kerusuhan besar menjelang Pemilu sebelumnya, seperti kerusuhan Meerut pada 1987, kerusuhan Orissa pada 1989, dan kerusuhan Godhra (Gujarat) pada 2002.

Kejadian tersebut berdampak kuat pada kalkukasi politik di beberapa kelompok kasta dan agama.

Di wilayah UP, kelompok kasta Jats yang mayoritas berasal dari petani-petani biasanya mendukung partai lokal, yaitu Partai Rakyat Nasionalis (Rashtriya Lok Dal–RLD).

Namun seusai terjadi pembantaian pada 2013, mereka mengalihkan dukungan ke BJP dalam Pemilu 2014. Kelompok Jat menyumbang sekitar 4,4 juta di UP dan sekitar 28 juta di seluruh India.

Dengan kondisi ini, masa depan apa yang menanti India? Sayangnya, kekacauan tampaknya akan semakin banyak terjadi.

Polarisasi agama dan tren nasionalisme Hindu kira-kira berawal dari kejadian penghancuran Masjid Babri di Kota Ayodhya, UP pada Desember 1992.

Pada Pemilu 2014, BJP berjanji untuk membangun sebuah kuil Hindu yang megah di atas tanah yang diperebutkan oleh umat Hindu dan Muslim tersebut.

Pada akhir 2018, kelompok politik sayap kanan Hindu berkumpul di Ayodhya untuk mendesak pembangunan Kuil Rama di lokasi itu, mengabaikan fakta bahwa persengketaan masih belum diputuskan oleh pengadilan.

Kemudian pada 14 Februari, pasukan paramiliter India diserang oleh kelompok separatis Kashmir di distrik Pulwarma, wilayah Jammu dan Kashmir, dan menyebabkan 40 orang tewas.

Kejadian ini telah memicu aksi balas dendam yang ditujukan ke etnis Kashmiri dan umat Muslim di seluruh India.

Dari apa yang terjadi belakangan ini, tampaknya India tidak akan terlepas dari kekerasan antar kelompok masyarakat dalam waktu dekat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com