Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Kasta, Kepercayaan, dan Konflik di Balik Perpolitikan India

Kompas.com - 09/03/2019, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di tengah kekacauan itu, Irshad bercerita bahwa dia ingin memperdalam ilmunya di Matematika sejak enam tahun yang lalu.

“Kerusuhan menghancurkan pendidikan saya. Saya mencoba kembali pergi ke sekolah lima bulan setelah kerusuhan. Tapi yang terjadi, teman-teman kelas justru mengeroyok saya. Saya tidak pernah ke sekolah lagi setelah itu,” cerita Irshad.

Butuh waktu hingga dua tahun untuk menghilangkan rasa traumanya dan untuk keluarganya mengumpulkan uang yang cukup untuk biaya sekolahnya.

Sekolah barunya juga tidak jauh berbeda. Gurunya yang seorang “Islamophobia”, atau diskriminatif terhadap Islam, menggagalkan setiap murid Muslim di kelasnya dan memberikan nilai yang tinggi ke murid-murid lain, bahkan yang terbodoh sekalipun.

Dengan kesalnya, Irshad bercerita, “Saya hampir menyerah. Saya tidak pergi ke sekolah lagi. Sekarang saya belajar dari rumah untuk mempersiapkan ujian," katanya. 

"Jika mereka menggagalkan saya sekali lagi hanya karena saya seorang Muslim, maka tidak ada pilihan bagi saya selain untuk bekerja di tempat pembakaran batu bata. Ada banyak murid Muslim lainnya, yang jauh lebih pintar dari saya, yang bekerja di sana,” pungkasnya.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com