Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Dipuji Trump, Korea Utara Diklaim bak "Mimpi Buruk" bagi Investor Asing

Kompas.com - 27/02/2019, 17:03 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber USA Today

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump berulang kali gembar-gembor soal potensi Korea Utara untuk menjadi kekuatan ekonomi.

Dengan menyebutkan pantai-pantainya yang luas, Trump meyakini negara itu akan dibangun berbagai real estate untuk kondominum dan hotel mewah.

Tapi, apakah benar peluang ekonomi di Korea Utara mampu menarik perhatian investor asing?

Dikutip dari USA Today, Selasa (26/2/2019), beberapa pakar justru skeptis dengan slogan Trump soal masa depan ekonomi Korea Utara yang lebih cerah.

Pakar menyebut, pemimpin Korut Kim Jong Un tidak tertarik dengan liberalisasi ekonomi luas yang akan mengangkat kehidupan rakyatnya.

Baca juga: Citra Satelit Ungkap Proyek Resor di Pantai Korea Utara Hampir Rampung

Kim diyakini tidak akan membiarkan paparan pengaruh luar terhadap rakyat karena adanya potensi ancaman terhadap kekuasaannya.

Bahkan apabila Kim ingin membuka ekonomi negaranya dengan gaya Barat, analisis terbaru menyimpulkan jika Korut bakal menjadi tempat yang mengerikan untuk melakukan bisnis.

"Mimpi buruk bagi investor," demikian laporan perusahaan analisis risiko global yang berbasis di London, Verisk Maplecroft, pada Senin lalu.

Citra satelit yang menunjukkan perkembangan pembangunan resor di Area Pesisir Turis Wonsan-Kalma, Korea Utara, pada 28 Desember 2018. (38 North). Citra satelit yang menunjukkan perkembangan pembangunan resor di Area Pesisir Turis Wonsan-Kalma, Korea Utara, pada 28 Desember 2018. (38 North).
Perusahaan analisis tersebut juga menemukan bahwa Korut menempati peringkat sebagai tempat yang paling todak menarik untuk investasi.

"Negara ini kurang diinginkan secara ekonomi ketimbang negara-negara yang dilanda perang, kelaparan dan pemerintahan yang gagal, termasuk Suriah, Yaman atau Venezuela," demikian tulis laporan itu.

Laporan tersebut memang sangat kontras dengan penilaian pribadi Trump terhadap Korut.

"Meski meninggalkan sanksi dan risiko geopolitik, hambatan terhadap investasi sangat luas sehingga tidak dapat diatasi untuk organisasi multinasional," kata Kepala Divisi Verisk Maplecroft Asia, Miha Hribernik

"Apa pun potensi yang dilihat Trump dalam rezim Kim, sebagian besar investor tidak mungkin bertindak karena klaimnya," ujarnya.

Pada Jumat (15/2/2019), Trump menilai Korut di bawah pimpinan kim memiliki potensi sebagai kekuatan ekonomi, terutama lokasinya yang berdekatan dengan Korea Utara, Rusia, dan China menjadi hal fenomenal.

"Kami pikir, mereka memiliki peluang besar untuk kemakmuran ekonomi yang luar biasa di masa depan," ucap Trump.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga meyakini pengurangan ancaman senjata nuklir Korut akan memberikan masa depan yang lebih cerah.

Sekali lagi, masa depan lebih cerah tersebut tidak dijelaskan secara rinci.

Ekonomi Korut menghadapi sejumlah masalah rumit dan parah, seperti pemerintah pusat yang tidak mampu menyediakan cukup makanan dan kebutuhan lain bagi sebagian besar penduduk miskin.

Menurut data CIA, produk domestik bruto Korut diperkirakan sekiat 28 miliar pada 2013.

Baca juga: Makan Malam di Hotel Era Kolonial Jadi Pembuka KTT Trump-Kim Jong Un

Dibandingkan dengan Korea Selatan yang selama bertahun-tahun dibanjiri investasi asing, membuat negara itu mencatatkan PDB hingga 1,54 triliun dollar AS pada 2017.

Meski demikian, rezim Korut telah mengizinkan ratusan usaha swasta kecil dibuka di seluruh negeri.

Pakar CSIS di Asia, Michael Green, mengatakan salah satu bisnis yang pernah menjadi sumber pendapatan pemerintah Korut adalah sebuah resor di Gunung Kumgang. Resor tersebut pernah menarik sekitar 1 juta turis dari Korea Selatan sebelum 2008.

"Korea Utara membukanya untuk pariwisata, tetapi Anda harus membayar uang tunai dalam jumlah besar," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com