Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wanita Jepang Mulai Tinggalkan Tradisi Hari Valentine "Giri Choco"

Kompas.com - 14/02/2019, 10:38 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Namun tahun lalu, perusahaan manisan Godiva Japan Inc menuai sorotan atas imbauan yang dipasang di surat kabar, dan diteken Presiden Jerome Chouchan.

Dalam iklan tersebut, Chouchan menyerukan agar kewajiban giri choco bisa dihentikan, dan ingin agar hadiah itu diberikan secara tulus.

"Jika Anda menikmati giri choco, silakan dilanjutkan. Namun jika tidak, jangan dilanjutkan. Sebab tujuannya adalah bahagia dalam memilih dan memberi hadiah coklat," katanya.

Baca juga: Ternyata Banyak Pasangan Justru Bercerai di Hari Valentine

Sabtu pekan lalu (9/2/2019), Aliansi Revolusioner Rakyat Tak Populer (RAUP) menghelat protes tahunan ke-12 untuk menentang "kapitalisme romantis" di Tokyo.

Anggota organisasi Takeshi Akimoto menuturkan, mereka menentang eksploitasi Valentine demi menyuburkan budaya konsumerisme.

Salah satu isu yang dibawa RAUP adalah saat Valentine, para pegawai perempuan merasa nilai mereka diukur seberapa "wah" coklat yang dibawa.

"Jika ada pria populer yang mendapat coklat paling banyak, maka moral pekerja lainnya bakal jatuh," ulas Kukhee Choo, penelisi Universitas Sophia Tokyo.

Jika kondisi tersebut dibiarkan, Choo khawatir tradisi tersebut bisa berimbas kepada atmosfer dan lingkungan kerja perusahaan.

Tren Baru: Dari Giri Choco ke Tomo Choco

Institut Nasional Penelitian Populasi dan Keamanan Sosial menyatakan, 23 persen pria dan 14 persen perempuan tak menikah dalam usia 50 tahun pada 2015.

Sebagai hasilnya, saat ini mulai muncul tren baru memberikan coklat kepada teman dekat perempuan atau yang dinamakan sebagai Tomo Choco.

Choo menuturkan meski tren itu positif karena berusaha menghilangkan budaya patriarki, namun dari perusahaan coklat hanya mengubah pangsa pasarnya saja.

"Itu adalah praktik komersial yang hanya sekadar mendapat bungkus ulang sehingga perusahaan coklat bisa mempertahankan penjualannya," ungkapnya.

Asosiasi Tahunan Jepang memprediksi, bisnis penjualan coklat pada Valentine tahun ini bakal mencapai 126 miliar yen, atau Rp 16 triliun.

Baca juga: Valentine, Banyak Wisatawan Jomblo Pesan Kamar Hotel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com