Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Saat Media Berita Meredup, Stasiun Radio Ini Justru Bangkit

Kompas.com - 20/10/2018, 18:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tetap saja, mengingat kejatuhan “juru bicara” UMNO, Utusan Malaysia, dan perpindahan partai ke sayap kanan, dan menjadi lebih konservatif, mungkin kita perlu bertanya, apakah keterbukaan BFM 89.9 terhadap debat dan keberagaman–bisa disebut sebagai etos “liberal-nya”-adalah inti dari kesuksesannya saat ini?

Tentunya, kebebasan terhadap opini yang berbeda juga merupakan keunggulan dari administrasi PH.

Di saat Anwar Ibrahim, Perdana Menteri yang menggantikan Mahathir Mohamad, mencerca para “super liberal”, dapat dikatakan bahwa demografi inilah yang menjadi kunci kemenangan Pakatan Harapan dan juga kesuksesannya.

Malek Ali pun cukup berhati-hati saat menyentuh soal liberalisme. “Saya berusaha untuk memahami definisi liberalisme di Malaysia… itu adalah salah satu hal yang saya coba jauhi, sebab sering disalahgunakan, atau dikaitkan dengan kelonggaran hingga terlihat menjadi sesuatu yang tak bermoral,” kata Malek.

Tentu, liberalisme memiliki makna lebih besar dari sekadar hak LGBT. Pemberitaan bisnis BFM 89.9 cukup sealur dengan pemahaman klasik Adam Smith dan keberpihakannya terhadap pasar terbuka dan perdagangan bebas, belum lagi membahas argumen terhadap kebebasan individu yang diolah dari karya Thomas Hobbes dan John Locke.

Baca juga: Malaysia Targetkan Jadi Negara Maju di Tahun 2024

Jadi, ketika BFM merencanakan ekspansinya melewati Lembah Klang, yang perlu ditanyakan adalah: Apakah Malaysia bagian lain juga sama tertariknya dengan komposisi berita, opini, dan analisisnya?

Fokusnya terhadap konten Bahasa Inggris memang membatasi jangkauannya, namun Malek cukup optimistis dengan respons luar biasa atas program satu-satunya yang berbahasa Melayu.

Bisakah kepandaian BFM dan keterbukaannya terhadap ide-ide berbeda, memikat pendengar di Kluang, Ipoh, Alor Star, Sandakan, dan Miri? Sampai manakah kesuksesan jangka panjang Pakatan bergantung pada ekspansi demografi ini setelah beberapa dekade tinggal di pemerintahan otoriter yang top-down?

Meskipun waktu yang akan menjawabnya, saya ingin katakan: Jika ekspansi BFM mampu meletuskan gelembung di Lembah Klang, maka saya pasti mendukungnya. Tidakkah seharusnya Anda semua setuju?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com