Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rima Sundusita
Diplomat Sekretaris Pertama RI di KBRI Dhaka

Diplomat Sekretaris Pertama RI yang sedang bertugas sebagai Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Dhaka.
Sebelumnya ia ditugaskan sebagai Konsul Muda Pensosbud pada KJRI New York serta Korfung Pensosbud dan Protokol & Konsuler di KBRI Havana. Lulusan Master of International Studies – The University of Queensland.

 

Bianglala di Negeri Cerutu

Kompas.com - 20/10/2018, 17:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bahkan, saat ini Menteri Luar Negeri Indonesia adalah perempuan, jumlah diplomat perempuan juga meningkat drastis. Ke depannya, Salim berharap perempuan Indonesia yang berhasil menjadi Duta Besar RI dan berprestasi di bidang lainnya semakin bertambah, sehingga Indonesia dapat membuktikan pada dunia bahwa Indonesia maju dalam hal kesetaraan gender.

Terkait dengan peran perempuan berprestasi yang disebut Salim di atas, melalui ceita-cerita para sesepuh di Havana, KBRI Havana dan Indonesia turut dipopulerkan oleh salah satu sosok perempuan berdarah Indonesia-Kuba yang menggores pretasi gemilang di Havana.

Perempuan itu bernama Ruhaini Soepradja. Ia adalah anak dari Achmad Soengkawa Soepradja, yang juga merupakan mahasiswa Indonesia dari Ceko pada tahun 1960-an.

Latar belakang pendidikan Ruhaini adalah mahasiswa kedokteran di Universitas Havana. Sosoknya menjadi terkenal dan menginspirasi banyak orang di Kuba setelah ia menjadi juara bertahan selama berpekan-pekan pada acara Cerdas Tangkas yang disiarkan di saluran TV Nasional Kuba.

Terinspirasi dengan kecerdasan Ruhaini, beberapa ibu yang melahirkan bayi perempuan pada masa itu, lantas menamai anak mereka Ruhaini. Tidak hanya cerdas, Ruhaini juga berparas sangat cantik sehingga ia terpilih sebagai model iklan telepon seluler.

Wajahnya semakin dikenal tidak hanya di TV tetapi juga di poster-poster iklan yang tersebar di seluruh Kuba. Pada tahun 2008, Ruhaini meninggal dunia dikarenakan kanker ketika ironisnya ia sendiri juga tengah melakukan penelitian tentang kanker.

Meskipun demikian, rakyat Kuba masih mengingat "Ruhaini dari Indonesia", yang tidak hanya terkenal melalui kiprahnya sebagai model iklan, tetapi juga karena kecerdasannya.

Kehidupan dan kisah Diaspora Indonesia di Havana penuh dengan warna-warni. Baik ditilik dari sejarah keberadaan mereka di Kuba dan dari alasan mengapa mereka memilih untuk tetap tinggal, serta dari dinamika kehidupan sehari-hari yang mereka alami di negeri yang terkenal dengan penghasil cerutu terbaik di dunia tersebut.

Seperti yang dikisahkan oleh Luisa dan Soepradja (Ayahanda dari Ruhaini), sebagian datang karena hatinya tertambat dengan penduduk lokal, sebagian lagi karena alasan politis dan keamanan sehubungan dengan peristiwa bersejarah bangsa Indonesia ditahun 1965 seperti yang dialami oleh Widodo.

Ada pula dikarenakan alasan ideologi seperti yang disampaikan Salim, serta yang disebabkan takdir yang menentukan untuk dilahirkan di tanah Castro dimaksud, seperti Ruhaini.

Kini, meski dari segi jarak dan waktu, mereka berada di tempat yang sangat jauh dari Tanah Air, harapan, impian, dan kebanggaan menjadi bagian dari Indonesia masih dijadikan panutan dalam meraih prestasi dan sebagai identitas diri.

Catatan penulis: Artikel ini sebelumnya sudah pernah diterbitkan tahun 2017 pada sebuah buku yang diedarkan secara internal oleh Kementerian Luar Negeri RI melalui ‘Bunga Rampai: Masyarakat Indonesia di Berbagai Negara’, segmen Kuba, halaman 124 – 128.

Daftar Referensi:

Hearman, Vanessa 2010, The Last Men in Havana: Indonesian Exiles in Cuba, Review of Indonesian and Malaysian Affairs, Vol. 44 No. 1, pp. 83-109

Simpson, Bradley 2008, “The United States and the 1965-1966 Mass Murders in Indonesia”, in Economist with Guns: Authoritarian Development and US Indonesian Relations, 1960-1968, The Board of Trustees of the Leland Stanford Junior University

2017, Data Warga Negara Indonesia di Kuba, KBRI Havana, Kuba

2017, Country Profile: Cuba, KBRI Havana, Kuba

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com