Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Washington Pertimbangkan Penutupan Kembali Kedubes AS di Havana

Kompas.com - 18/09/2017, 19:06 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan penutupan kembali Kedubes Amerika Serikat  – yang baru dibuka setelah 54 tahun tutup – di Havana, Kuba.

Surat kabar The Guardian, Senin (18/9/2017), mengutip Menlu Rex Tillerson, melaporkan, pertimbangan dilakukan setelah “serangan akustik” yang menyasar 21 diplomat AS di Havana.

“Kami sedang mengevaluasinya,” kata Tillerson, Minggu (17/9/2017) di Washington DC.

Sedikitnya 21 warga atau diplomat AS di Kedubes AS di Havana, mengalami gangguan medis. 

Jumlah tersebut merupakan penghitungan pertama dari sebuah kondisi yang dicurigai sebagai akibat "serangan akustik" terencana kepada para diplomat AS di Kuba.

Tillerson mengatakan, warga AS yang bertugas di Havana mulai mengalami gejala yang pada awalnya tidak dapat dijelaskan, namun belakangan ditemukan kemiripan satu dan lainnya.

Baca: 16 Warga AS di Kedubes Havana Diduga Jadi Korban "Serangan Akustik”

Sejumlah warga AS yang bertugas di Kuba mulai melaporkan keluhan yang mereka alami sejak akhir tahun lalu, di masa akhir pemerintahan Presiden Barack Obama.

Masalah tersebut ternyata berlanjut sampai bulan-bulan pertama pemerintahan Presiden Donald Trump, seperti dilaporkan Washington Post.

Awalnya, ada lima warga AS yang dilaporkan mengalami cedera, dan setidaknya satu diplomat Kanada. Namun, penyebab cedera itu tetap menjadi misteri.

Departemen Luar Negeri AS pun curiga, para diplomat itu telah menjadi sasaran dari semacam "serangan akustik".

Pihak Deplu AS mengaku masih melakukan penyelidikan terkait kecurigaan tersebut, dengan bantuan Biro Penyelidikan Federal (FBI).

Baca: AS dan Kuba Resmi Normalisasi Hubungan Diplomatik

“Itu merupakan masalah yang sangat serius terkait dengan serangan yang dialami orang-orang tertentu. Kami membawa beberapa orang di rumah dan diperiksa."

Pemerintah Kuba membantah tuduhan itu. Sejumlah pejabat AS menyebutkan pihak Kuba pun bekerja sama dengan AS untuk mengungkap penyebab kondisi ini.

Komentar Tillerson adalah indikasi terkuat bahwa AS dapat melakukan respons diplomatik atas masalah itu, yang berpotensi membahayakan pemulihan kembali hubungan historis AS dan Kuba.

Dua bekas musuh bebuyutan tersebut memulihkan kembali hubungan diplomatik mereka dengan membuka kembali Kedubes Kuba di Washington DC dan Kedubes AS Havana pada 2015, setelah 54 tahun terputus dalam kebencian yang tinggi.

Dari 21 korban yang dikonfirmasi secara medis di AS, beberapa mengalami gangguan pendengaran permanen atau gegar otak. Beberapa mual, sakit kepala, dan telinga berdering.

Baca: Setelah 54 Tahun, Bendera AS Berkibar Kembali di Kuba

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com