Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Cincin Pilot AS yang Gugur 73 Tahun yang Lalu

Kompas.com - 14/08/2018, 13:29 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber NDTV

Kapten Lawrence, yang tergabung dalam Skuadron Tempur ke-100, merupakan satu dari 900 pilot kulit hitam yang dilatih di Landasan Udara AD Tuskegee di Alabama.

Mereka adalah warga Afrika-Amerika dari berbagai penjuru negeri yang melawan rasialisme di dalam negeri dan memerangi musuh di medan perang.

Lebih dari 400 pilot terlibat dalam tugas tempur, patroli, pengeboman, atau mengawal pesawat pengebom dari basis mereka di Afrika Utara atau Italia.

Ciri khusus skuadron Tuskegee ini adalah ekor pesawat mereka yang dicat dengan warna merah menyala.

Baca juga: Menelusuri Jejak Sejarah Perang Dunia II di Biak

Hingga saat ini, masih 26 pilot Skuadron Tuskegee yang dinyatakan hilang semasa Perang Dunia II.

Lawrence Dickson menikahi Phyllis Constance Maillard pada November 1941. Pasangan ini kemudian tinggal di New York.

Marla lahir pada 14 Juli 1942 di RS Sydenham, Harlem, New York.

Dua hari sebelum Natal 1944, Lawrence terbang dari pangkalannya di Italia menggunakan pesawat tempur P-51D Mustang yang dijuluki "Peggin", menuju Praha yang masih dikuasai Nazi.

Itu adalah misinya yang ke-68 dan Lawrence sudah mendapatkan medali atas jasa-jasanya sebagai pilot tempur.

Saat itu, Lawrence memimpin tiga pesawat Mustang untuk mengawal sebuah pesawat pengintai untuk mengambil foto.

Demikian penjelasan "wingman" Letnan Dua Robert L Martin, bertahun-tahun setelah perang usai.

Keempat Mustang itu terbang melintasi pegunungan untuk mengarah ke Praha. Sekitar satu jam mengudara Lawrence memberitahu bahwa pesawatnya mengalami masalah mesin dan mulai kehilangan kecepatan.

Salah satu penerbang menemani Lawrence saat mulai kehilangan kecepatan. Sementara pesawat pengintai itu melesat terbang dan dengan cepat tak terlihat.

Lawrence akhirnya memutuskan untuk kembali ke pangkalan membawa pesawatnya yang bermasalah bersama salah satu rekan terbangnya.

Dia mencari lokasi untuk mendaratkan pesawat atau melontarkan diri. Letnan Martin melihat Lawrence membuka kokpitnya sebelum melompat.

Namun, Martin kemudian tak bisa melihat pesawat yang diterbangkan rekannya itu.

Dua pesawat Mustang itu kemudian terbang berputar-putar mencari tanda-tanda parasut di darat. Sementara di sisi lain terlihat asap membubung dari puing-puing pesawat.

Namun, tak ada tanda-tanda keberadaan Lawrence selain lembah kosong berselimut salju.

Setelah perang berakhir, AD mencoba mencari Lawrence di wilayah utara, lokasi tempat Lawrence diduga jatuh.

Puing-puing pesawat lain ditemukan tim pencari, tetapi tidak dengan pesawat yang diterbangkan Lawrence.

Pada 1949, AD Amerika Serikat memutuskan, jenazah Kapten Lawrence tidak bisa ditemukan.

Baca juga: Berniat Bangun Suriah, Rusia Gunakan Pengalaman Saat Perang Dunia II

Michael Mee mengatakan, kini sisa tubuh Lawrence sudah dimasukkan ke dalam peti jenazah dan yang dibalut bendera AD.

Marla mengatakan, dia berharap ayahnya bisa dimakamkan di Taman Pemakaman Nasional Arlington.

Dan, Michael Mee mengatakan, kemungkinan Skuadron Tempur ke-100 dengan ekor pesawat yang dicat merah akan melakukan terbang lintas saat upacara pemakaman Kapten Lawrence. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com