Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/04/2018, 19:30 WIB

NEW DELHI, KOMPAS.com - Pengadilan di India pada Rabu (18/4/2018) menjatuhkan sanksi denda kepada 12 perusahaan media yang harus mereka bayarkan kepada keluarga korban kekerasan seksual setelah mereka mencantumkan nama korban dalam pemberitaan.

Sebanyak 12 perusahaan media tersebut diwajibkan membayar masing-masing sebesar 1 juta rupee atau sekitar Rp 209 juta kepada keluarga gadis berusia delapan tahun yang menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan baru-baru ini.

Hukum di India telah melarang diungkapkannya nama korban pemerkosaan, bahkan jika korban meninggal dunia. Larangan tersebut demi menghindari stigma yang melekat pada korban kejahatan.

Baca juga: Gadis 8 Tahun di India Diperkosa dan Dibunuh, Picu Perdebatan Nasional

Pengadilan Tinggi New Delhi memerintahkan ke-12 perusahaan media tersebut untuk membayarkan kompensasi kepada keluarga korban dalam waktu satu minggu.

Undang-undang yang berlaku di India juga mengancam hukuman penjara hingga dua tahun selain denda jika terjadi pelanggaran untuk kasus ini.

Pengacara perusahaan media menyampaikan dalam persidangan, kesalahan tersebut terjadi lantaran ketidaktahuan terkait hukum yang berlaku.

Diberitakan Press Trust of India, media-media tersebut menyangka tidak akan menjadi masalah apabila mereka mengungkapkan nama korban ketika korban telah meninggal dunia.

Kasus yang dimaksud adalah pemerkosaan dan pembunuhan yang terjadi di negara bagian Jamuu dan Kashmir pada Januari lalu.

Korban adalah gadis usia delapan tahun dari komunitas nomaden Muslim yang diculik dan dibius, disekap dan diperkosa selama lima hari.

Banyak media yang tidak hanya mengungkap nama korban namun juga memajang fotonya. Kasus ini telah memicu aksi protes di seluruh India.

Baca juga: Ketakutan, Keluarga Korban Pemerkosaan India Memutuskan Pindah

Presiden India Ram Nath Kovind menyebut kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang menimpa gadis delapan tahun itu sebagai tindakan keji dan biadab.

"Menjadi tanggung jawab bersama kita semua untuk memastikan hal serupa tidak terjadi terhadap anak-anak perempuan di mana pun di negara ini," kata presiden dalam pidato publiknya, Rabu (18/4/2018).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com