Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: AS Bangun Kembali Eropa Lewat "Marshall Plan"

Kompas.com - 03/04/2018, 14:15 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Pada 3 April 1948, Presiden AS Harry S Truman menandatangani Undang-undang Bantuan Ekonomi yang memungkinkan AS membantu membangun negara-negara Eropa yang hancur akibat Perang Dunia II.

Langkah yang akrab disebut sebagai Marshall Plan ini bertujuan untuk menstabilkan perekonomian dan politik di Eropa sehingga tak akan tertarik dengan bujuk rayu komunis.

Untuk rencana ini, pemerintah AS mengucurkan dana sebesar 13 miliar dolar atau sekitar Rp 179 triliun yang hari ini kira-kira setara dengan Rp 1.500 triliun.

Sebelum rencana bantuan ini diteken, pada 5 Juni 1947 Menlu AS George C Marshall sudah menyerukan bantuan bagi Eropa dalam pidatonya di Universitas Harvard.

Baca juga : Diprotes Warga, Tugu Peringatan Perang Dunia II Batal Diresmikan

Dia mengusulkan agar negara-negara Eropa merancang program perbaikan ekonominya yang nantinya akan dibantu Amerika Serikat.

Pada pertengahan Juni 1947, Inggris dan Perancis mengundang negara-negara Eropa ke Paris untuk membicarakan rencana pemulihan ekonomi bersama.

Uni Soviet menolak hadir. Demikian pula Hungaria, Cekoslovakia, dan Polandia yang sudah di bawah pengaruh Negara Tirai Besi.

Hasil pertemuan di Paris itu kemudian dibawa Komite Kerjasama Ekonomi Eropa (CEEC) ke Kongres AS yang kemudian meloloskan Undang-undang Kerja Sama Ekonomi pada 2 April 1948 yang diteken Presiden Truman sehari kemudian.

Di bawah Marshall Plan ini, Badan Kerjasama Ekonomi (ECA) menggelontorkan dana 13 miliar dolar AS selama 1948-1951.

Sebagian besar dana itu diberikan berupa hibah dan sisanya adalah pinjaman lunak jangka panjang.

Sebanyak 17 negara di wilayah barat dan selatan Eropa yaitu Inggris, Austria, Belgia, Belanda, Denmark, Perancis, Swedia, Islandia, Irlandia, Yunani, Italia, Luksemburg, Norwegia, Swiss, Turki, dan Jerman Barat menerima bantuan ini.

Baca juga : Ada Bungker Era Perang Dunia II Tersembunyi di Bawah Stasiun Kereta di Paris

Langkah ini juga bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan industri Eropa serta menghidupkan kembali industri kimia, permesinan, dan baja.

Bantuan dari AS ini nampaknya langsung memberi dampak positif dengan peningkatan produk bruto negara-negara penerima bantuan sebanyak 15-25 persen.

Membangun kembali Eropa pasca-perang merupakan sebuah kebijakan luar negeri paling menantang di masa pemerintahan Presiden Truman yang menggantikan mendiangn Franklin D Roosevelt pada April 1945.

Beberapa bulan setelah menjabat, Truman memutuskan untuk menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki untuk mengakhiri Perang Dunia II.

Dalam apa yang disebut sebagai Doktrin Truman, dia meminta Kongres menyetujui pemberian bantuan untuk Yunani dan Turki yang sedang dalam tekanan Uni Soviet dan komunisme pada 1947.

Marshall Plan awalnya dijadwalkan baru berakhir pada 1953, tetapi upaya untuk memperpanjang kebijakan ini gagal karena biaya Perang Korea yang terus bertambah.

Pada kurun waktu 1948-1952, perekonomian Eropa melonjak dan mencapai level tertinggi sepanjang sejarah.  

Sektor industri melonjak hingga 35 persen, sedangkan sektor pertanian melampau hasil produksi di masa sebelum perang.

Baca juga : Penemuan Bom Perang Dunia II di Sungai Thames, Bandara London Ditutup

Di sisi politik, bantuan AS lewat Marshall Plan ini membuat Eropa Barat tak perlu berhemat untuk biaya kesejahteraan rakyat dan hal ini kemudian membawa stabilitas politik.

Alhasil, pengaruh komunis di Eropa Barat menurun drastis dan popularitas partai komunis di beberapa negara Eropa juga semakin menurun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com