Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India Diselimuti Serbuk Warna-warni Kemeriahan Festival Holi

Kompas.com - 02/03/2018, 14:42 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber CNN

Tapi anaknya, Prahlad, justru mengikuti dewa Wisnu, sang pelestari dan pelindung alam semesta.

Keputusan Prahlad untuk mengkhianati ayahnya membuat Hirayankashayap tak mempunyai pilihan. Dia meminta Holika untuk membunuh Prahlad.

Rencana tersebut nampaknya berjalan mudah. Holika membawa Prahlad ke pangkuannya dan menceburkan diri ke api unggun.

Baca juga : India Wacanakan Layanan Bedah Plastik Gratis bagi Warga Miskin

Holika bisa saja bertahan dari panasnya api karena dia memiliki selendang yang melindunginya.

Tapi rencana tersebut gagal. Prahlad diselamatkan oleh Wisnu. Sementara, Holika mati karena dia bisa kebal terhadap api Holika sendirian.

Kemudian, Wisnu membunuh Hiranyakashayap dan mengangkat Prahlad menjadi raja.

Moral dari cerita ini untuk menunjukkan kebaikan selalu menang atas kejahatan.

Dalam perayaan Holi modern, kremasi Holika sering dilakukan kembali dengan menyalakan api unggun di malam hari sebelum festival Holi, yang dikenal dengan nama Holika Dahan.

Beberapa orang Hindu mengumpulkan abu dan mengolesinya di tubuh mereka sebagai aksi pemurnian.

Baca juga : Tak Terima Saudaranya Meninggal di RS, Keluarga di India Blokade Jalan

Sementara, Rangwali Holi berlangsung pada hari berikutnya dan menjadi hari di mana orang-orang melempar dan mengoleskan bubuk berwarna satu sama lain.

Selain kisah Holika, tradisi melempar bubuk dan air berwarna juga diyakini berasal dari kisah cinta mitologis Radha dan Krishna.

Krishna, dewa Hindu yang digambarkan dengan kulit biru tua, mengeluhkan tentang kulit Radha yang cantik kepada ibunya.

Untuk meredakan kesedihan anaknya, ibunya meminta Krishna mengolesi kulit Radha dengan cat.

Dari sinilah, asal dari kebiasaan mengolesi orang yang dicintai dengan bubuk warna pada festival Holi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com