ROMA, KOMPAS.com - Nama Seborga mungkin tidak banyak diketahui, sebab Seborga hanya sebuah desa di wilayah barat laut Italia yang secara administratif adalah bagian dari provinsi Imperia, tak jauh dari perbatasan dengan Perancis.
Namun, desa seluas 14 kilometer persegi dan berpenduduk tak sampai 400 jiwa ini memiliki keistimewaan yaitu keinginan untuk merdeka dan menjadi sebuah negara independen.
Bahkan mereka memiliki kepala negara, pemerintahan, mata uang, kartu identitas warga, hingga pasukan penjaga perbatasan.
Keinginan untuk merdeka ini bukan omong kosong karena warga Seborga mengklaim mereka memiliki bukti sahih yang menunjang tuntutan tersebut.
Baca juga : Spanyol Tak Berikan Pilihan, Catalonia Tetap Ingin Merdeka
Pada 1963, seorang warga Seborga bernama Giorgio Carbone mengklaim, berdasarkan sebuah dokumen dari arsip Vatikan, di abad pertengahan Seborga merupakan milik dari pangeran Vetimiglia.
Carbone bersikukuh pada 954, Seborga menjadi hak milik para biarawan Benediktin dari biara Santo Onorato di Lerins.
Dan pada 1079, kepala biara ini kemudian diangkat menjadi seorang pangeran oleh Kekaisaran Roma Suci dengan kekuasaan meliputi wilayah Seborga.
Diyakini pada 20 Januari 1729, wilayah merdeka ini kemudian dijuak ke Dinasti Savoy dan menjadi negeri bawahan dinasti itu.
Namun, dalam Kongres Vienna pada 1815 mengabaikan Seborga dalam pembagian wilayah Eropa usai Perang Napoleon.
Nama Seborga juga tak tercantum dalam Pakta Unifikasi penyatuan Kerajaan Italia pada 1861. Meski demikian upaya Seborga menuntut kemerdekaan terus bergulir hingga saat ini.
Untuk menunjukkan keseriusan keinginan merdeka, pada 1963 rakyat Seborga mengangkat Giorgio Carbone sebagai kepala negara dengan gelar Giorgio I, Pangeran Seborga.
Baca juga : Imbas Catalonia, Milan dan Venezia Juga Ingin Merdeka dari Italia
Jabatan sebagai kepala negara Seborga dipegang Giorgio hingga dia meninggal dunia pada 2009 dalam usia 73 tahun.
Penerusnya adalah Marcello Menegatto yang terpilih pada 25 April 2010 dan resmi menjadi Pangeran Marcello I pada 22 Mei 2010.
"Sebagai sebuah negara, kami memiliki semua salinan dokumen kenegaraan. Kami punya konstitusi, surat izin mengemudi, kartu identitas warga, semua hal yang dimiliki sebuah negara," kata Carmela Serra, juru bicara pemerintah Seborga.
Bahkan, Seborga memiliki mata uang sendiri yaitu luigino. Di pasar valuta asing, 1 luigino setara dengan 6 dolar AS sehingga menjadikan luigino sebagai salah satu mata uang terkuat di dunia.
Sayangnya, mata uang luigino ini tak bisa digunakan warga Seborga di luar wilayah desa mereka.
Baca juga : Ratusan Ribu Warga Catalonia Tuntut Kemerdekaan dari Spanyol
Bagaimana sistem pemerintahan Seborga? Menurut konstitusi, kepala negara memerintah di bawah arahan Dewan Kepangeranan .
Lima orang anggota dewan dipilih warga sedangkan empat lainnya ditunjuk langsung sang pangeran.
"Hebatnya delegasi PBB pernah datang ke Seborga dan mereka mendukung klaim kami untuk merdeka," kata Carmela Serra, sang juru bicara.
"Mereka mengatakan, sebuah negara yang lebih besar tak bisa menduduki sebuah negara lain hanya karena negara itu berukuran lebih kecil," tambah Carmella.
Meski didukung berbagai klaim sejarah, tetapi jalan Seborga menuju kemerdekaan masih amat sulit jika tidak mau disebut mustahil.
Namun, kini "negeri" mungil itu mulai menemukan cara agar suaranya menuntut hak merdeka didengar dunia.
Di bawah kendali sang kepala negara Pangeran Marcello I, Seborga mulai memperluas jaringannya di dunia dengan mengirim sejumlah misi diplomatik.
"Secara resmi, tak ada negara yang mengakui kami. Namun, secara tidak resmi banyak (yang mengakui Seborga)," kata Pangeran Marcello I.
"Kami memiliki lebih dari 25 perwakilan diplomatik di seluruh dunia. Mereka semua bekerja untuk meningkatkan wisatawan ke Seborga," tambah Marcello.
"Seborga memang negara kecil, tetapi tidak terlalu kecil. Kami memiliki pegunungan yang melindungi kami dari cuaca buruk, dari sini kami bahkan bisa melihat Perancis, Italia, dan Monako," tambah dia.
Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Kosovo Deklarasikan Kemerdekaan
"Jika kami merdeka, kami tak akan menjadi negara surga pajak, tetapi kami pasti memberi keringanan pajak," tambah dia.
"Dan kami akan melakukan segalanya yang kami mampu untuk mendapatkan kemerdekaan kami," Marcello menegaskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.