Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Drone Buatan Sendiri Jadi Ancaman Militer

Kompas.com - 10/02/2018, 18:18 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis


Drone Tidak Butuh Operator?
Memutus sinyal antara drone dengan operator saat ini masih menjadi cara ampuh untuk melumpuhkan drone.

Namun, seperti diberitakan The Economist, saat ini berkembang sistem navigasi optik. Yakni membandingkan wilayah dimasuki drone itu dengan pesta yang sudah dipasang di sistemnya.

Jadi, drone itu bisa mengetahui dengan pasti di mana dia berada tanpa batuan operator. Dengan demikian, teknologi untuk mengacaukan GPS menjadi sia-sia.

Pasukan Irak ketika merebut Mosul pernah melontarkan guyonan soal drone ISIS yang mereka lawan.

Mereka mengibaratkan berhadapan dengan drone laksana menghadiri sebuah pesta pernikahan: menembakkan senapan mereka ke udara tanpa hasil.

Karena tidak ada standardisasi mengenai ukuran, drone bisa meluncur dalam berbagai bentuk sehingga makin menyulitkan militer dalam melumpuhkannya.

Baca juga : Komandan Taliban Tewas Ditembak Drone Saat Sedang Mandi di Rumahnya

AS Ciptakan Peralatan Anti-drone
Pentagon mencoba untuk memodifikasi peralatan militernya sehingga bisa menangkal serangan drone.

Di antaranya dengan mengembangkan rudal panggul Stinger varian baru. Di hulu misil dipasang sumbu yang bisa meledak jika berada cukup dekat dengan drone.

Namun, harganya pengembangannya yang relatif mahal, sekitar 55.000 dolar AS, sekitar Rp 748 juta, membuat Raytheon sebagai produsen misil panggul itu baru membuat 1.147 unit.

Itu berarti satu tim infantri hanya bisa membawa dua rudal Stinger. Terlalu sedikit jika berhadapan dengan lebih dari dua drone.

Pendekatan lain yang coba dilakukan militer Negeri "Paman Sam" adalah mengembangkan sistem Pertempuran untuk Menangkal Drone (Blade).

Penerapan dari Blade adalah membangun kubah dengan senapan mesin yang bisa dipandu dengan radar dan komputer.

Meski efektif, namun hal itu belum cukup untuk menangkal jika terjadi serangan drone dalam skala besar.

Karena itu, kini tengah berkembang sebuah teknologi senjata yang menggunakan laser.

Teknologi itu diklaim lebih murah, dengan amunisi tanpa batas, dan kemampuan menghantam target dalam kecepatan cahaya.

Variasi sistem anti-drone itu kini tengah dikembangkan oleh pabrikan senjata. Antara lain Athena yang diproduksi Lockheed Martin, hingga LaWS yang merupakan kreasi angkatan laut AS.

Baca juga : Karya Anak Bangsa, ?Drone? Ini Mampu Semprot Pupuk untuk 5 Hektar Padi Per Jam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com