Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perang: Lyudmila Pavlichenko, Wanita "Sniper" Paling Mematikan

Kompas.com - 04/01/2018, 13:30 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Pada 1957, dua orang perempuan duduk berdampingandengan posisi tegak dan formal karena di antara mereka hadir sosok pria yang tak diinginkan.

Muak dengan kondisi itu, perempuan yang lebih muda lalu membawa perempuan yang lebih tua ke dalam sebuah kamar, menguncinya dari dalam meski pria tersebut berteriak-teriak memprotes.

Perempuan yang lebih tua itu adalah Eleanor, istri mantan Presiden AS Franklin D Roosevelt. Sedangkan yang perempuan yang lebih muda adalah Lyudmila Mykhailivna Pavlichenko.

Siapakan dia? Lyudmila Pavlichenko lahir pada 12 Juli 1916 di Bila Tserkva, Ukraina, yang saat itu merupakan bagian dari sebuah negara besar bernama Uni Soviet.

Baca juga : Kisah Perang: Sniper AS Merayap 3 Hari demi Memburu Jenderal Vietnam

Saat berusia 14 tahun, Lyudmila dan keluarganya pindah ke Kiev di mana kemudian dia bergabung dengan Komunitas Relawan untuk Kerja Sama dengan AD, AU dan AL (DOSAAF).

Lyudmila dikenal sebagai sosok siswi yang cemerlang di sekolah. Namun, dia memiliki bakat lain yaitu menembak dan Lyudmila memiliki kemampuan menembak jitu yang amat baik.

Sejak di bangku sekolah, Lyudmila adalah sosok gadis tomboi yang amat kompetitif. Dia gemar bertanding dengan anak laki-laki dalam berbagai jenis olahraga.

Pada 1937, Lyudmila menyelesaikan gelar sarjana sejarah dan mengejar gelar doktor pada 1941 bersamaan dengan saat Jerman menginvasi Uni Soviet.

Saat Jerman memasuki kota Odessa, Lyudmila termasuk para relawan pertama yang mendaftar masuk ke batalion infantri.

Dia awalnya ditawari untuk menjadi perawat, tetapi karena memiliki medali menembak dalam berbagai lomba yang diikuti beberapa tahun sebelumnya, Lyudmila akhirnya bergabung dalam kesatuan yang terdiri atas 2.000 sniper perempuan di AD Uni Soviet.

Baca juga : Kisah Perang: Sniper Finlandia Ini Bunuh 500 Tentara Uni Soviet

Lyudmila kemudian bergabung dengan Divisi Senapan Chapayev ke-25 dan langsung dikirim ke garis depan pada awal Agustus 1941 bersenjatakan sepucuk senapan semi-otomatis Tokarev SVT-40.

Dan Lyudmila langsung menunjukkan prestasinya. Pada akhir Agustus, dia sudah mencatatkan 100 "pembunuhan" yang terkonfirmasi. Alhasil, Lyudmila langsung dipromosikan menjadi Sersan Senior.

Lyudmila Pavlichenko, terkonfirmasi menewaskan 309 personel militer Jerman selama Perang Dunia II.TASS/RBTH Lyudmila Pavlichenko, terkonfirmasi menewaskan 309 personel militer Jerman selama Perang Dunia II.
Pada pertengahan Oktober 1941, saat Jerman sudah menguasai Odessa, unit tempur Lyudmila dievakuasi dengan menggunakan kapal ke Sevastopol di Semenanjung Crimea.

Di sanalah, Lyudmila memulai petualangan "counter-sniper" atau berduel dengan para sniper Jerman. Dalam duel-duel, Lyudmila tak jarang harus berdiam diri selama beberapa jam hingga beberapa hari untuk mencari kelengahan lawan.

Dan, Lyudmila tak pernah kalah dalam duel ini. Dia dipastikan sukses menewaskan 36 orang sniper Jerman.

Duel terpanjangnya memakan waktu selama tiga hari tetapi Lyudmila bisa memenangkan duel maut itu setelah sang sniper Jerman "terlalu banyak membuat gerakan".

Baca juga : Perempuan Sniper Rusia Berjuluk Putri Salju Tewas di Ukraina

Atas prestasinya itu, pada Mei 1942 Lyudmila naik pangkat menjadi Letnan dan telah menewaskan 257 orang prajurit Jerman.

Saat menerima penghargaan dan kenaikan pangkatnya Lyudmilla hanya berkomentar singkat,"Saya akan membunuh lebih banyak lagi."

Saat itu, nama Lyudmila sudah dikenal dan Jerman berusaha untuk membunuh atau setidaknya membuat sang sniper perempuan berhenti beraksi.

Berbagai cara digunakan termasuk dengan menggunakan pelantang suara, Jerman menawarkan pangkat perwira dan persediaan coklat tak terbatas bagi Lyudmila.

Namun, tawaran itu dibalas Lyudmila dengan membunuh tentara Jerman ke-309. Alhasil , Jerman amat berang dan bertekad akan membunuh lalu memotong tubuh Lyudmila hingga 309 bagian.

Ancaman Jerman itu ditanggapi ringan Lyudmila bahkan dia merasa tersanjung karena musuh mengetahui "prestasinya" itu.

Kesuksesan Lyudmila terletak pada strateginya yang unik pada saat itu. Dia kerap mengikatkan manekin denan pakaian mencolok di pepohonan untuk menarik perhatian musuh.

Saat tentara Jerman melepaskan tembakan, Lyudmila membalas dari arah yang tak diketahui pasukan musuhnya.

Biasanya dia menembak kaki seorang tentara, saat kawan-kawannya datang membantu, barulah Lyudmila menghabisi mereka semua.

Selalu berada di garis depan membuat Lyudmila beberapa kali terluka. Dia juga kehilangan beberapa anggota keluarga termasuk suaminya.

Baca juga : Akhir Kisah Jac Holmes, Sniper Inggris yang Tewas Kena Ranjau Raqqa

Pada Juni 1942, Lyudmila terluka akibat tembakan mortir Jerman. Setelah pulih, dia "diliburkan" dari tugas tempur dan pada Juli di tahun yang sama dikirim ke Amerika Serikat dan Kanada dalam misi hubungan baik.

Dia menjadi warga Uni Soviet pertama yang diterima Presiden AS Franklin D Roosevelt di Gedung Putih dan saat itulah persahabatannya dengan Eleanor dimulai.

Lyudmila Pavlichenko (tengah) diapit Hakim Agung Robert Jackson dan ibu negara Eleanor Roosevelt saat mengunjungi Washington DC pada 1942.Library of Congress/War History Online Lyudmila Pavlichenko (tengah) diapit Hakim Agung Robert Jackson dan ibu negara Eleanor Roosevelt saat mengunjungi Washington DC pada 1942.
Berbagai pernyataan Lyudmila di hadapan jurnali Amerika amat mengejutkan termasuk dalam sebuah jumpa pers di Chicago.

"Saudara-saudara, saya berusia 25 tahun dan sudah membunuh 309 orang tentara fasis. Apakah kalian tak berpikir, sudah terlalu lama bersembunyi di balik punggung saya?" ujar Lyudmila.

Terbukti, perjalanan Lyudmila ke AS dan Kanada sukses besar. Di Kanada, dia disambut ribuan orang dan seorang sesama sniper Uni Soviet di Union Station, Toronto.

Pada November 1942 di Inggris, dia mendapatkan sumbangan dari para pekerja pabrik berupa tiga unit mesin X-ray bernilai 4.516 poundsterling untuk AD Uni Soviet.

Baca juga : Nyaris Tewas Ditembak ISIS, Sniper Perempuan Kurdi Hanya Tertawa

Setelah pulang kampung, Lyudmila naik pangkat menjadi Mayor dan menerima penghargaan Bintang Emas, dan didaulat menjadi pahlawan Uni Soviet.

Namun, Lyudmila tak pernah lagi dikirim ke medan perang dan kemudian menjadi pelatih para sniper Uni Soviet hingga Perang Dunia II berakhir.

Di akhir perang, dari 2.000 sniper perempuan Uni Soviet, hanya 500 orang yang berhasil lolos dari maut dan Lyudmila adalah salah satu dari mereka.

Saat perang berakhir, Lyudmila menyelesaikan studi doktoralnya dan menjadi sejarawan. Dia kemudian bekerja sebagai peneliti untuk AL Uni Soviet, kembali menikah, dan menjalani kehidupan tenang di sebuah apartemen dua kamar.

Pada 1957, Eleanor Roosevelt mendapatkan izin untuk mengunjungi Uni Soviet. Di sana, Eleanor disambut hangat tetapi tak diizinkan bertemu siapapun tanpa pendamping dari pemerintah.

Di Moskwa, Eleanor terus bertanya soal Lyudmila hingga akhirnya dia dibawa untuk mengunjungi sang sahabat di apartemennya.

Lyudmila Pavlichenko meninggal dunia pad 10 Oktober 1974 dalam usia 58 tahun dan dimakamkan di Moskwa.

Dua tahun kemudian, sebuah perangko dengan wajah Lyudmila diterbitkan untuk mengenang jasa sang sniper perempuan paling mematikan itu.

Baca juga : Sniper Kanada Tewaskan Anggota ISIS dari Jarak Hampir 3,5 Km

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com