Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesir Berjuang Melawan "Malapetaka" Lonjakan Populasi

Kompas.com - 21/12/2017, 14:35 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP


KAIRO, KOMPAS.com - Ali Abdelaziz memandang anak-anaknya sebagai anugerah Tuhan, sehingga kini dia memiliki 10 anak. Sementara, pemerintah Mesir sedang berjuang mengendalikan "malapetaka populasi".

Abdelaziz bekerja di ibu kota Mesir sebagai penjaga pintu di sebuah gedung, tapi anak-anaknya tinggal di desa bersama dengan ibunya, di selatan provinsi Minya, di mana biaya hidup lebih murah.

"Anak adalah jaminan perlindungan. Mereka menjaga orangtua ketika tumbuh dewasa," ucapnya.

Kelebihan populasi di Mesir makin menekan perekonomian, yang sudah goyang ketika terjadi gejolak politik dan keamanan sejak pemberontakan 2011, yang menggulingkan mantan presiden Hosni Mubarak.

Baca juga : Mesir Dapat Pinjaman Rp 81,2 Triliun, Ini Pesan IMF

Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi mengatakan pertumbuhan populasi menjadi tantangan yang sama kritisnya dengan terorisme.

Pemerintah telah meluncurkan kampanye keluarga berencana pada tahun ini dengan slogan "dua cukup", untuk menahan fenomena itu.

Berbeda dengan Abdelaziz, ibu dari tiga anak, Hayam Mohamed, yang tinggal di desa Umm Khenan, provinsi Giza, justru tidak ingin memiliki anak lagi dan menerapkan program keluarga berencana.

"Aku tidak ingin anakku merasa kekurangan," ucapnya setelah menerima pil kontrasepsi gratis, dari pusat kesehatan di desanya.

Baca juga : Jelang Natal, Mesir Naikkan Tingkat Keamanan di Gereja

"Sekolah itu mahal, dan kehidupan menjadi lebih sulit dengan berbagai kenaikan harga," tambahnya.

"Jika aku melahirkan lima atau enam anak, aku tidak sanggup untuk memberi mereka makan," ucap Mohamed.

Sementara itu, dokter di pusat kesehatan, Fardous Hamed mengatakan jumlah orang yang ikut program keluarga berencana terus bertambah sejak nilai tukar mata uang Mesir, pound, anjlok pada November 2016.

"Kepedulian orang-orang di sini semakin bertambah," kata Hamed.

Sejak nilai tukar mata uang Mesir mengambang bebas, pound kehilangan lebih dari setengah nilainya dan inflasi meningkat 33 persen pada September 2017.

Gambar ini diambil pada 12 Desember 2017 menunjukkan kepadatan penduduk di distrik Al Attaba, di ujung pusat kota Kairo, Mesir. (AFP/Mohamed El Shahed)
Gambar ini diambil pada 12 Desember 2017 menunjukkan kepadatan penduduk di distrik Al Attaba, di ujung pusat kota Kairo, Mesir. (AFP/Mohamed El Shahed)

Sumber pendapatan

Kepala Badan Pusat Statistik Mesir, Abu Bakr El Gendy menggambarkan lonjakan populasi di negaranya sebagai sebuah malapetaka.

"Semakin meningkatnya kemiskinan, semakin membuat tingkat reproduksi naik karena orangtua menjadikan anak-anak sebagai sumber pendapatan," katanya.

Dia mengatakan banyak anak bekerja sebagai buruh pada usia yang masih sangat muda.

Dengan 96 juta penduduk, dan 9,4 juta ekspatriat, Mesir menjadi negara Arab yang senantiasa menambah populasinya sebanyak 1,6 juta orang setiap tahun.

Laporan PBB pada Mei lalu memperkirakan jumlah penduduk Mesir akan mencapai 119 juta pada 2030.

Baca juga : Mesir Ingin Belajar Sistem Desentralisasi dari Indonesia

Negara yang 95 persen wilayahnya merupakan gurun yang tidak bisa dihuni, membuat populasi terkonsentrasi di sekitar lembah Nil yang sempit dan Delta Nil.

Beberapa penduduk dalam jumlah kecil juga tinggal di sepanjang Laut Tengah atau Mediterania dan Laut Merah.

Kota megapolis, Kairo, kini telah ditinggali 20 juta orang, dengan kepadatan penduduk sekitar 50.000 jiwa per kilometer persegi, atau hampir 10 kali penduduk di London.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com