Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intifada Pertama: Sepenggal Kisah dari Mereka yang Mengalaminya

Kompas.com - 11/12/2017, 18:38 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Al Jazeera

 

Khadija Abu Shreifa, 65 Tahun, Kamp Jalazone, Ramallah
Dulunya, Shreifa adalah pengungsi Palestina. Dia dan keluarganya terpaksa keluar dari rumah mereka di Desa Safriyya pada 1948.

Awalnya, mereka menetap di kamp pengungsi Aqabat Jabr, Jericho.

Kemudian berpindah menuju Wahdat di Jordania. Kamp Jalazone menjadi destinasi terakhir pasca-perang September 1970.

Shreifa tidak ingat tanggal pastinya. Namun, dia mengingat dengan jelas momen menyedihkan yang menimpa dirinya saat Intifada Pertama.

Baca juga : Netanyahu Balas Pernyataan Erdogan yang Sebut Israel Negara Teroris

Saat itu, pria dan perempuan di kamp Jalazone melancarkan protes kepada militer Israel yang dibalas dengan serangan.

"Saya masih ingat seorang tentara Israel mengucapkan kata-kata yang melecehkan perempuan," kata Shreifa.

Shreifa yang marah berusaha menegurnya. Namun, tentara itu malah menyumpahi dan mulai menyerangnya. Shreifa membalas dengan memukul si tentara.

Kejadian itu membuat gerombolan militer Israel mulai menyerbunya.

Shreifa menceritakan para tentara itu memukuli, menjambak rambutnya, dan berusaha membunuhnya dengan cara ditembak dari jarak dekat.

Untungnya, dua butir peluru itu menembus bahu dan kakinya.

Penghuni kamp Jalazone berusaha menyelamatkan Shreifa dari amukan militer Israel.

"Salah satu perempuan melepas jilbabnya, dan mulai menutup luka saya. Orang-orang di kamp kemudian membawa saya ke rumah sakit di Ramallah," kenang Shreifa.

Para perempuan yang melihat itu menjadi marah dan semakin aktif memprotes tentara Israel.

Akibatnya, 40 perempuan harus terluka karena ditembak menggunakan peluru karet.

Sejak kejadian itu, Shreifa berperan aktif mencegah kekerasan yang dilakukan tentara Israel terhadap orang Palestina.

Setiap kali serdadu Israel berusaha menangkap dan menyiksa seorang anak, Shreifa bakal berlari ke arahnya, dan mengklaim bahwa itu adalah anaknya.

Presiden Komite Perempuan Palestina, Khitam Saafin, berkata bahwa perempuan memainkan peran penting selama masa Intifada Pertama.

Peran itu, tidak hanya terlihat dari tindakan yang dilakukan Shreifa untuk melindungi kaum muda Palestina.

Para perempuan juga menyuplai kebutuhan batu yang digunakan demonstran untuk melempar aparat keamanan Israel.

"Mereka juga menyediakan kebutuhan sehari-hari Palestina ketika aksi boikot produk Israel meluas," kata Saafin.

Baca juga : Konflik Israel-Palestina (1): Zionisme dan Imigrasi Bangsa Yahudi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com