Dalam banyak hal, Nguyen, seorang yang karirnya dari bawah hingga mencapai atas serta pemimpin transformasional, memiliki banyak kesamaan dengan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Ketiganya telah menghidupkan kembali kota asal mereka hingga ke pusat kota. Namun, dalam sejarah Nguyen, ceritanya tidak berakhir hanya dengan dia berhasil mengamankan kekuatannya di tingkat nasional.
Setelah meninggalkan Da Nang pada 2013 dan menjadi pemimpin anti-korupsi di Partai Komunis, bintangnya memudar karena kesehatannya. Nguyen mengidap kanker di awal 2015.
Kematiannya yang tidak terduga dan tragis pada usia 62 tahun membuat kesedihan jutaan orang, yang telah berharap Nguyen memiliki sesuatu yang bisa mengubah seluruh negara seperti yang dia lakukan di Da Nang.
Tetapi kita dan Vietnam tidak akan pernah tahu apakah dia memilikinya di dalam dirinya.
"Saat dia meninggal, saya menangis," ujar Hoang dengan nada sedih.
"Terakhir kali saya menangis karena seorang pemimpin adalah ketika Jenderal Vo Nguyen Giap (pahlawan Perang Vietnam) meninggal," Hoang melanjutkan.
Minggu ini, saat ratusan pemimpin dunia beserta pengikutnya sampai ke APEC, mereka berjalan-jalan di jalanan dan jembatan yang telah dibangun oleh Nguyen, di kota yang pernah dipimpinnya. Dan bayang-bayang "Raja Da Nang" masih menjulang tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.