Penjelajah waktu
Mayoritas 1.200 penduduk Waiapi tidak pernah mengunjungi mengunjungi Pedra Branca.
Tapi berbeda dengan Jawaruw Waiapi. Dia melakukan perjalanan ke sana setiap minggu, seakah beralih di antara dua dunia yang berbeda seperti seorang penjelajah waktu.
Pria berusia 31 tahun itu, tinggal di bungkit yang curam di hutan lebat. Dia cukup berprestasi karena ditunjuk sebagai dewan kota pada tahun lalu.
Dia merupakan orang pertama dari sukunya yang memenangkan kursi jabatan. Hal itu menjadi contoh langka, seorang Waiapi terjun ke wilayah yang mereka sebut sebagai wilayah "kulit putih".
Saat berada di Pedra Branca, Jawaruwa Waiapi mengenakan celana jeans dan kemeja rapi, kemudian duduk di belakang meja.
"Anda harus mengikuti peraturan kota. Di sini, Anda butuh uang untuk hidup, kamu perlu membayar untuk mendapatkan apapun," katanya.
"Saat kembali ke desa, Anda tidak perlu membayar untuk apapun, air gratis, kayu bakar juga gratis," tambahnya.
Baca: Bukti Baru Ungkap Masa Lalu Hutan Amazon
Kembali ke Waiapi, Jawaruwa berganti pakaian. Cawat tradisionalnya dia kenakan, istrinya yang bernama Monin juga mengenankan pakaian serupa.
Jawaruwa Waiapi mengatakan dia mencalonkan diri debagai dewan kota karena tidak ada perwakilan orang asli di sana, sama seperti di Kongres nasional.
"Siapa lagi yang akan memperjuangkan rakyat kami?", ujarnya.
Marina Sa, seorang pemilik restoran di Pedra Branca, yang juga membantu persatuan anggota dewan mengatakan kehadiran Jawaruwa Waiapi sama seperti novel yang menceritakan penduduk asli Brasil.
"Hanya ada sedikit orang yang pergi (ke wilayah Waiapi). Itu dunia yang terpisah," katanya.