Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pemerkosaan Berkelompok dan Pembunuhan Warga Rohingya

Kompas.com - 19/07/2017, 11:32 WIB

Beresiko

Dua kunjungan yang diatur pemerintah untuk wartawan lokal sebelumnya telah mengunjungi negara bagian Rakhine utara.

Setelah setiap perjalanan tersebut, seseorang yang berbicara dengan pers diketahui terbunuh oleh penyerang yang tidak dikenal.

Myanmar adalah negara mayoritas Buddha dengan lebih dari 130 kelompok etnis yang diakui.

Situasi pengungsi Rohingya di Myanmar, kelompok minoritas Rohingya yang dianggap tidak memiliki kewarganegaraan di tanah air mereka dan ditahan di negara-negara transit, sangatlah suram.

Baca: Jokowi Diminta Desak Myanmar Hentikan Kekerasan terhadap Rohingya

Sebagian besar orang Myanmar menganggap Rohingya sebagai imigran gelap dari negara tetangga Banglades, menyebut mereka "orang Bengali" atau lebih buruk lagi, "kalas".

Banyak yang telah hidup di Myanmar selama beberapa generasi, namun mereka berada di bawah semacam apartheid - dilarang meninggalkan desa tanpa izin, mendapatkan pekerjaan formal atau kuliah di universitas.

Dengan latar belakang ini, muncul sebuah pemberontakan baru yang menyebut dirinya Harakah al-Yaqin atau Faith Movement.

Diperkirakan gerakan ini akan dipimpin dan didanai dari Arab Saudi.

Tentara dan Polisi Penjaga Perbatasan menyangkal hampir semua tuduhan adanya pelanggaran HAM.

Brigadir Jenderal Polisi Thura San Lwin mengatakan bahwa orang Rohingya saling membunuh dan saling membakar rumah mereka sendiri.

Menteri Utama Negara Bagian Rakhine, U Nyi Bu, menolak tuduhan dari Perdana Menteri Malaysia bahwa Myanmar melakukan genosida.

Baca: Banglades Usir Pulang 125 Muslim Rohingya Asal Myanmar

"Ini bukan genosida. Yang kami lakukan hanya menyebabkan luka ringan," katanya. "Jika orang menganggap ini masalah besar, mereka salah," tambah U Nyi Bu.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com