Namun itu berita usang sebab negara-negara tetangga kini telah melampaui kami. Lapangan pekerjaan amatlah kurang, dan di saat yang sama kami tidak menghasilkan tenaga kerja muda, tenaga kerja muda yang dapat bersaing secara regiona maupun secara global.
Kaum muda saat ini menghadapi lilitan hutang dan prospek yang buruk. Di sisi lain, kami dikelilingi oleh para pemimpin yang gegabah, tidak sabar, tidak beradab, dan tidak jujur.
Situasi politik kami seperti berada dalam kejadian yang berulang-ulang tanpa akhir dengan nama-nama dan isu-isu yang masih juga sama. Terdapat ketidaksabaran dan kekecewaan bahkan dengan keterbatasan demokrasi yang baru lahir yang kami miliki.
Apa yang sesungguhnya terjadi kepada kami? Pertumbuhan ekonomi belum membuat kami menjadi lebih setara atau lebih bahagia.
Kehebatan smartphone dan media sosial belum membuat kami menjadi lebih saling terhubung dan lebih toleran. Tampaknya kami telah kehilangan arah tujuan kami, dari sebuah cita-cita nasional yang besar yang menyatukan kami.
Merdeka, sebuah pembentukan Malaysia, Kebijakan Ekonomi Baru (New Economic Policy/NEP) dan visi 2020. Hal-hal inilah yang sebetulnya dapat menyatukan kami tanpa memedulikan latar belakang yang berbeda-beda.
Sebab, para pemimpin kami tidak memberi kami bekal apapun untuk menggantikan mereka bergerak maju. Saya yakin angka-angka dapat saja dimunculkan untuk menunjukkan bahwa situasi lebih baik dari yang terlihat.
Tetapi hal itu tidak membuat kami MERASA lebih baik dan sebetulnya, itu yang penting. Anda tidak dapat memerintah tanpa memperhitungkan sentimen seperti yang dipahami kaum liberal di negara Barat tahun lalu.
Kami seolah-olah telah kehilangan arah. Kami telah menyia-nyiakan waktu bertahun-tahun untuk “mengejar ketinggalan” pertumbuhan.
Tahap selanjutnya adalah dengan penekanan pada inovasi dan kreativitas yang akan jauh lebih sulit untuk dicapai. Keberhasilan menghadapi tantangan-tantangan itu menuntut kami untuk menghargai pendidikan, pengetahuan, dan profesionalisme, hal-hal yang telah lama kami buang.
Jadi di saat Anda sedang menikmati rendang dan lemang, saya hanya mengamati burung-burung sambil merenungkan, masih adakah ruang untuk harapan…
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.