Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenlu Meksiko Protes Komentar Presiden Trump di Twitter, Soal Apa?

Kompas.com - 23/06/2017, 16:17 WIB

MEXICO CITY, KOMPAS.com - Meksiko mungkin memiliki masalah dengan kekerasan, namun pemerintah setempat meyakini Meksiko bukan negara dengan kekerasan terbesar di dunia, seperti yang dikatakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di akun Twitter-nya.

Kementerian Luar Negeri Meksiko memprotes pernyataan Presiden Trump tentang hal itu.

Trump menyebut Meksiko, ketimbang negara-negara seperti Honduras, Venezuela, Belize, Kolombia, dan Brasil yang merupakan negara dengan tingkat pembunuhan tinggi di dunia.

Protes itu diungkapkan Pemerintah Meksiko dalam sebuah pernyataan tertulis yang terbitkan, Kamis (22/6/20170) waktu setempat, seperti dikutip AFP.  

Sebelumnya Trump memunculkan komentar di lini masanya, "Meksiko baru saja menduduki peringkat kedua sebagai negara paling mematikan di dunia, hanya setingkat di bawah Suriah."

"Perdagangan obat-obatan sebagian besar merupakan penyebabnya. Kami akan MEMBANGUN DINDING-nya!"

Pernyataan Trump ini diperkirakan mengacu kepada laporan 9 Mei dari Institut Kajian Strategis (IISS) yang berbasis di London.

Dalam laporan itu disebut, tingkat pembunuhan di Meksiko tahun 2016 adalah yang kedua terbesar, setelah Suriah.

Namun, lembaga tersebut merujuk aksi militer untuk menumpas peredaran obat-obatan terlarang dan usaha untuk menghancurkan kartel narkoba, yang menyebabkan tercatatnya rekor itu.

"Sangat jarang kekerasan kriminal mencapai tingkat yang sama dengan konflik bersenjata," demikian bunyi laporan IISS tersebut.

Kementerian Luar Negeri Meksiko pun mengakui, perdagangan narkoba adalah penyebab utama kekerasan di Meksiko.

Namun, kondisi itu digambarkan sebagai persoalan bersama yang akan berakhir hanya jika akar masalahnya ditangani.

Hal itu terkait dengan tingginya permintaan obat-obatan terlarang di AS dan tawaran dari Meksiko dan negara-negara lain.  

"Kita harus berhenti saling menyalahkan," demikian bunyi pernyatan itu.

Meksiko telah mengatakan pada bulan Mei, laporan IISS itu didasarkan pada metodologi yang salah.

Mereka meyakini, perbandingan semacam itu harus didasarkan pada angka kejahatan di banyak negara seperti catatan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Terlepas dari polemik ini, hubungan AS-Meksiko telah memanas sejak Trump mulai menjabat sebagai Presiden AS pada bulan Januari lalu.

Sepanjang masa kampanye, hingga terpilih menjadi Presiden AS, Trump terus berupaya untuk membangun tembok di sepanjang perbatasan kedua negara.

Hal itu dilakukan demi menghambat masuknya imigran Meksiko. Trump meyakini, Imigran Meksiko adalah sumber masalah kriminalitas dan narkoba di AS.

Bahkan, Trump akan melakukan renegosiasi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dengan Meksiko dan Kanada.

Tembok yang diimpikan Trump tetap menjadi sorotan di antara pendukung Trump, namun usulan tersebut -diperkirakan berbiaya antara 8-40 miliar dollar AS, terlihat kurang mendapat dukungan di Kongres.

Pejabat Meksiko telah mencela klaim Trump bahwa Meksiko akan membayar pembangunan tembok tersebut.

Sementara, pembicaraan dengan Kanada dan Meksiko untuk merombak kesepakatan NAFTA diperkirakan akan dimulai pada bulan Agustus.

Baca: Apa Itu NAFTA yang Terancam Dibubarkan Donald Trump?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com