Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dingin dengan Turki, Jerman Akan Pindahkan Pasukannya ke Jordania

Kompas.com - 07/06/2017, 10:45 WIB

BERLIN, KOMPAS.com – Berlin putuskan untuk memindakan pasukan ke Jordania, karena Turki terus menolak ijin bagi politisi Jerman yang ingin mengunjungi pasukan Jerman di pangkalan udara Incirlik.

Hubungan Jerman-Turki semakin mendingin setelah Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman, Sigmar Gabriel, gagal membujuk pemerintah Turki untuk mengizinkan anggota parlemen Jerman mengunjungi pasukan Bundeswehr yang ditempatkan di pangkalan udara Incirlik, demikian dilaporkan Deutsche Welle, Selasa (6/6/2017).

Kabinet Jerman akan "membahas dan mengambil keputusan" tentang kasus ini hari Rabu (07/06), tambahnya.

Gabriel, Senin (5/6/2017), secara khusus berkunjung ke Turki untuk membahas larangan kunjungan itu, namun baik pertemuan dengan Menlu Turki Mevlut Cavusoglu maupun Presiden Recep Tayyip Erdogan tidak membuahkan hasil.

Baca: Jerman Sudah 40 Tahun Mata-matai Turki

Sekitar 280 orang tentara Jerman ditempatkan di Incirlik, Turki selatan, untuk mendukung perang melawan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah.

Dari pangkalan udara Incirlik, militer Jerman melakukan penerbangan pengintaian dengan pesawat pengintai AWACS dan jet tempur Tornado.

Namun sejak bulan Mei, Turki menolak memberi izin kepada anggota parlemen Jerman berkunjung ke Incirlik. Larangan berkunjung itu tetap berlaku hingga kini.

"Saat ini, kunjungan bisa dilakukan ke pos komando NATO di Konya, tapi Incirlik tidak," kata Cavusoglu dalam konferensi pers bersama usai pertemuan dengan Gabriel di Ankara, Senin.

Menlu Jerman kepada wrtawan kemudian mengatakan, karena kebijakan Turki tidak berubah, tidak ada pilihan lain selain menarik pasukan Jerman dari Turki.

Turki melarang kunjungan anggota parlemen Jerman dengan alasan bahwa Jerman memberikan suaka politik kepada warga Turki yang terlibat dalam percobaan kudeta pada Juli 2016.

Baca: Jerman Dituduh Dukung Musuh Besar Erdogan, Fethullah Gulen

Turki juga beberapa kali menuduh Jerman bersikap terlalu ramah kepada kelompok Partai Buruh Turki PKK, yang di Turki dinyatakan sebagai kelompok teror.

Menteri Pertahanan Jerman Ursula von der Leyen mengatakan, pasukan di Incirlik akan dipindahkan ke sebuah pangkalan udara di Jordania.

"Sungguh tidak bisa diterima, bahwa anggota dewan dilarang mengunjungi pasukan kami," kata Von der Leyen.

Kabinet Jerman akan "membahas dan mengambil keputusan" tentang kasus tersebut pada Rabu ini.

AFP/Getty Jet tempur Jerman Tornado di pangkalan udara Incirlik, Turki.
"Kami siap melakukan pemindahan," kata Von der Leyen. Dia menyebut pangkalan udara Azraq di Jordania sebagai "alternatif yang sebanding".

Dia menyatakan sudah membahas rencana pemindahan itu dengan Raja Abdullah dari Jordania dan mendapat dukungan.

Di Ankara, Menlu Turki Mevlut Cavusoglu menekankan bahwa Turki tidak punya masalah dengan Jerman, salah satu mitra dagang terbesarnya.

Baca: Simbiosis Mutualisme Rumit Turki dan Uni Eropa

"Jika Jerman mau mengambil satu langkah saja mendekati kami, maka kami akan melakukan dua langkah berikutnya," kata Cavusoglu.

Dia menambahkan, ada beberapa fakta yang perlu diperhatikan. Cavusoglo mengklaim bahwa ada sekitar 400 diplomat dan pemegang paspor Turki yang meminta suaka politik di Jerman.

 "Dan kami tidak ingin melihat anggota FETO mencari perlindungan di negara sahabat seperti Jerman", tambahnya sambil menyebut kelompok pimpinan Fethullah Gulen, yang dituduh pemerintah Turki mendalangi aksi kudeta tahun lalu.

Menanggapi hal itu, Gabriel menjawab bahwa prosedur suaka politik di Jerman dijalankan oleh otoritas Jerman yang tidak tergantung pada politik pemerintahan.

"Yang memutuskan pada akhirnya adalah pengadilan, bukan pemerintah", tandas Gabriel.

Hubungan Turki dan Jerman mendingin sejak pemerintah Turki melakukan penangkapan massal pasca percobaan kudeta dan makin memburuk setelah Presiden Erdogan melaksanakan referendum yang memperluas wewenangnya.

Jerman juga mengeritik pemerintah Turki yang membungkam pers dan memenjarakan wartawan-wartawan kritis.

Baca: Jerman kepada Turki: Kami Toleran, tetapi Tidak Bodoh

Saat ini, Turki masih menahan seorang jurnalis Jerman-Turki, Deniz Yucel, yang bekerja untuk koran terkemuka "Die Welt".

Turki menuduh Yucel mendukung kelompok teroris. Bagi Jerman, Turki adalah mitra penting yang juga merupakan anggota NATO.

Ada sekitar 3 juta warga Turki yang bekerja dan hidup di Jerman. Kebanyakan datang sebagai pekerja kasar tahun 1960-1970an.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com