Kerabat Abedi mengatakan bahwa dia hanya berbicara dengan saudaranya, dan meminta agar pesannya disampaikan kepada ibunya.
Baca: Polisi: Pria Pelaku Serangan di Manchester Ikut Tewas dalam Ledakan
"Dia mengucapkan selamat tinggal," kata Salem.
Setahun di Libya
Kerabat Abedi itu juga mengatakan bahwa tersangka yang dicurigai sebagai pembom Manchester tersebut merasa prihatin dengan pembunuhan terhadap Abdel-Wahab Hafidah, seorang perempuan Muslim berusia 18 tahun.
Menurut berita, ia tewas setelah dikejar oleh sekelompok pria pada Mei 2016 di Manchester.
"Mereka tidak mengizinkan Anda berbagi roti dengan mereka," kata Abedi kepada kerabatnya. "Mereka berlaku tidak adil terhadap orang-orang Arab," imbuhnya.
Bin Salem menambahkan bahwa ibu Abedi mengatakan kepada penyidik bahwa anaknya berangkat ke Inggris empat hari sebelum terjadinya serangan itu setelah berada di Libya selama satu bulan.
Baca: Teror di Manchester, ISIS: Kami Membunuh Anak-Anak Kalian
Berdasarkan laporan dari seorang adiknya, penyidik menyangka Abedi menggunakan internet untuk belajar membuat bom dan "mencari kemenangan untuk ISIS," kata bin Salem.
Namun, berbagai tuduhan itu bertentangan dengan apa yang ayah Abedi katakan sehari sebelumnya dalam sebuah wawancara dengan Associated Press.
"Kami tidak percaya untuk melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak berdosa," kata Ramadan Abedi sebelum ditahan di Tripoli.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan