MANCHESTER, KOMPAS.com – Tersangka pelaku pengebom bunuh diri sesaat seusai konser di Manchester Arena, Inggris, didorong oleh apa yang dilihatnya sebagai perlakuan tidak adil terhadap orang-orang Arab di Inggris.
Keterangan itu disampaikan oleh seorang kerabatnya, Kamis (25/5/2017), yang mengkonfirmasikan bahwa pelaku bom bunuh diri, Salman Abedi, melakukan kontak terakhir melalui telepon di mana ia mengatakan, "Maafkan saya".
Abedi sangat kecewa dengan pembunuhan seorang perempuan Muslim tahun lalu yang kematiannya dia percaya tidak diketahui oleh "orang-orang kafir" di Inggris.
Baca: Salman Abedi, Sosok Pendiam yang Ledakkan Manchester Arena
Demikian keterangan seorang perempuan kerabat Abedi, yang tidak mau disebutkan namanya demi alasan keamanan.
Alasan utama
"Mengapa tidak ada kemarahan (publik) atas pembunuhan terhadap seorang Arab dan seorang Muslim dengan cara yang sangat kejam?" tanyanya, seperti dirilis Associated Press.
"Kemarahan adalah alasan utama," bagi terjadinya ledakan yang menewaskan 22 orang pada akhir konser penyanyi AS, Ariana Grande, di Manchester Arena, Senin (22/5/2017), .
Informasi itu disampaikan oleh perempuan kerabat Abedi dalam percakapan per telepon dari Libya dan informasi baru tentang motivasi Abedi itu muncul pada saat warga Inggris menghadapi pemeriksaan keamanan yang meningkat.
Pihak berwenang melakukan berbagai penggerebekan dan penyelidikan ke seluruh Eropa dan Libya, di mana sebagian besar keluarga tersangka yang dicurigai sebagai pembom Manchester itu tinggal.
Pihak berwenang juga menyelidiki kemungkinan hubungan antara Abedi dan kelompok militan di Manchester, tempat-tempat lainnya di Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah.
Baca: Salman Abedi, Pelaku Bom Bunuh Diri di Manchester, Siapa Dia
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan