Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penyunat Perempuan di Sebuah Negara Afrika...

Kompas.com - 27/11/2016, 15:41 WIB

"Kami tidak menyakiti anak-anak perempuan, saya tidak akan pernah menyakiti mereka. Dan ini bukan cuma tentang sunat saja. Kami mengajari mereka bagaimana menjadi istri, memasak, dan bersih-bersih," kata dia.

"Kami ada pesta-pesta besar untuk inisiasi tersebut, di mana kami menari dan menyanyi, dan bersenang-senang."

Kenya

Cerita ini seperti kesaksian penyunat di Kenya yang berbicara Juli lalu. Praktik tersebut dilarang di negara tersebut sejak 2011.

Satu mantan penyunat menyetujui untuk mendemostrasikan apa yang dulu dia lakukan pada anak-anak perempuan.

Temannya memegang erat pergelangan-pergelangan tangan, lalu menyilangkannya dengan rapat di dada perempuan yang akan disunat.  Perempuan itu kemudian ditarik ke lantai di luar pondok.

Wanita itu duduk dengan kaki-kaki yang berada di antara kedua kaki penyunat yang kokoh.

Penyunat lalu merapatkan badannya di sekitar pinggul perempuan yang akan disunat, hingga wanita itu sulit bergerak. 

Dia adalah perempuan tua dan dia tidak bisa mengerti dari mana dia mempunyai kekuatan seperti itu.

Lalu, mantan penyunat tersebut membuka kaki pasiennya dan menunjukkan -dengan menggunakan pemotong berbentuk oval yang digunakan dengan ibu jari dan jari tengahnya.

Dia lalu memeragakan bagaimana dia memotong bagian dalam bibir vagina anak perempuan dengan pisau, dan memotong klitoris, lalu membuang semuanya ke tanah.

Tiga kata berulang kali muncul waktu mereka menggambarkan pengalamannya: ketakutan, penderitaan yang mendalam, dan pengkhianatan.

Ibu, nenek, dan bibi -para perempuan di keluarga- mereka lah yang membuat mereka menjalani ritual menyakitkan dan menghinakan tersebut.

Uang

Penyunat profesional di Freetown yang membanggakan diri ini memberi tahu kepada BBC,  dia menerima sekitar satu juta Leones (sekitar Rp2,4 juta) untuk setiap anak perempuan yang dia sunat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com