Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Penyunat Perempuan di Sebuah Negara Afrika...

Kompas.com - 27/11/2016, 15:41 WIB

FREETOWN, KOMPAS.com - Lebih dari 200 juta wanita dan anak perempuan telah menjalani sunat perempuan.

Praktik ini sudah dilarang di beberapa negara di Afrika, tapi tidak di Sierra Leone. Bahkan, penyunat di negara ini masih bangga dengan profesi mereka. Memunatu Turay, salah satunya.

"Saya sudah menyunat ratusan anak perempuan," kata Memunatu Turay dengan bangga.

"Tapi saya tidak bisa memberi tahu anda persisnya bagaimana saya menjalankan tradisi kuno ini, kecuali kalau anda bergabung dalam komunitas rahasia kami," kata dia.

Memunatu Turay mengungkapkan itu kepada wartawati BBC yang mewawancarainya.

Senyuman lebar tersungging di wajahnya saat dia melihat raut wajah ketakutan dari si wartawati.

"Ayo ikut saya," kata dia. "Saya bisa menyunat anda, dan dengan begitu saya bisa memberi tahu Anda apa yang ingin anda ketahui."

Memunatu dengan jelas menikmati percakapan itu, dan akhirnya dia tertawa terbahak-bahak. 

Wawancara itu terjadi di rumahnya di daerah kumuh di Freetown bagian barat.

Sebuah foto putrinya yang mengenakan toga tergantung di tempat yang dibanggakan di dinding berwarna kuning cerah.

"Dia sudah disunat dan lihatlah, dia baik-baik saja, dia mendapatkan pendidikan layak," kata Memunatu, dengan wajahnya berseri-seri.

Perempuan berusia 56 tahun ini menunjukkan sifat hangat dan galak secara bersamaan.

Dia membanggakan diri dengan mengatakan dirinya adalah salah satu dari penyunat yang paling terpercaya.

Dia memiliki banyak pasien -atau 'soweis' seperti apa yang mereka sebut di Sierra Leone, di seluruh Freetown.

"Ini adalah tradisi kuno dan hebat," ujar dia tegas.

"Kami tidak menyakiti anak-anak perempuan, saya tidak akan pernah menyakiti mereka. Dan ini bukan cuma tentang sunat saja. Kami mengajari mereka bagaimana menjadi istri, memasak, dan bersih-bersih," kata dia.

"Kami ada pesta-pesta besar untuk inisiasi tersebut, di mana kami menari dan menyanyi, dan bersenang-senang."

Kenya

Cerita ini seperti kesaksian penyunat di Kenya yang berbicara Juli lalu. Praktik tersebut dilarang di negara tersebut sejak 2011.

Satu mantan penyunat menyetujui untuk mendemostrasikan apa yang dulu dia lakukan pada anak-anak perempuan.

Temannya memegang erat pergelangan-pergelangan tangan, lalu menyilangkannya dengan rapat di dada perempuan yang akan disunat.  Perempuan itu kemudian ditarik ke lantai di luar pondok.

Wanita itu duduk dengan kaki-kaki yang berada di antara kedua kaki penyunat yang kokoh.

Penyunat lalu merapatkan badannya di sekitar pinggul perempuan yang akan disunat, hingga wanita itu sulit bergerak. 

Dia adalah perempuan tua dan dia tidak bisa mengerti dari mana dia mempunyai kekuatan seperti itu.

Lalu, mantan penyunat tersebut membuka kaki pasiennya dan menunjukkan -dengan menggunakan pemotong berbentuk oval yang digunakan dengan ibu jari dan jari tengahnya.

Dia lalu memeragakan bagaimana dia memotong bagian dalam bibir vagina anak perempuan dengan pisau, dan memotong klitoris, lalu membuang semuanya ke tanah.

Tiga kata berulang kali muncul waktu mereka menggambarkan pengalamannya: ketakutan, penderitaan yang mendalam, dan pengkhianatan.

Ibu, nenek, dan bibi -para perempuan di keluarga- mereka lah yang membuat mereka menjalani ritual menyakitkan dan menghinakan tersebut.

Uang

Penyunat profesional di Freetown yang membanggakan diri ini memberi tahu kepada BBC,  dia menerima sekitar satu juta Leones (sekitar Rp2,4 juta) untuk setiap anak perempuan yang dia sunat.

Dia juga diberi minyak kelapa sawit, kambing, dan karung-karung berisi beras,

Di sebuah negeri di mana dua per tiga orang hidup dalam kemiskinan, ternyata menjadi penyunat cukup menghasilkan banyak uang.

Bagaimana dengan rasa sakit dan trauma yang disebabkan dari sunat? Dan kasus-kasus kematiannya?

Memunatu mengaku tidak mempunyai pengalaman-pengalaman seperti itu.

"Semuanya bohong," kata dia.

"Ini bagus untuk perempuan. Satu pria tidak cukup bagi seorang perempuan yang belum disunat," lanjut dia.

"Tapi, waktu dia diinisiasi, dia menjadi puas secara seksual dan setia pada satu pria saja," sambung dia.

BBC lalu bertanya kepada Memunatu apa yang dia akan lakukan jika pemerintah melarang praktik ini.

"Kami akan memprotes kantor-kantor presiden," teriak dia.

"Mereka tahu ini adalah tradisi penting. Banyak dari mereka ada di dalam komunitas rahasia kami."

Setelah menggembar-gemborkan tentang ketidakadilan, dia menarik napas dalam-dalam.

"Jika mereka menginginkan kami untuk berhenti, mereka harus mencari hal lain untuk kami lakukan. Jika ingin menyapih bayi, perlu diberikan susu penggantinya kan?" ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com