Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hangatnya Pertemuan Obama dan Trump di Gedung Putih

Kompas.com - 11/11/2016, 01:41 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Selama masa kampanye, Presiden AS Barack Obama dan presiden terpilih Donald Trump merupakan seteru.

Keduanya bahkan saling melempar celaan dan cercaan. Obama pernah menyebut Trump tak kompeten untuk menjadi presiden.

Sementara Trump mempertanyakan akta kelahiran Obama dan menyebutnya sebagai pendiri Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Namun, saat keduanya bertemu di Gedung Putih, Kamis (10/11/2016) siang waktu setempat, tak ada lagi perseteruan.

Yang tersaji adalah pertemuan hangat dan akrab dua orang pria yang telah dan akan memimpin rakyat Amerika Serikat.

Dalam pertemuan yang digelar di ruang Oval, kantor resmi presiden AS, Trump menyebut Obama sebagai orang yang sangat baik.

Bahkan Trump menambahkan, dia sangat mengharapkan nasihat Obama yang sudah delapan tahun menjadi presiden dan Obama berjanji akan sepenuhnya membantu di masa transisi ini.

Kepada para jurnalis, Obama mengatakan, dia dan Trump banyak membicarakan soal politik luar negeri dan kebijakan dalam negeri.

Obama melanjutkan, dia merasa sangat bersemangat karena Trump menunjukkan antusiasme untuk bekerja sama di masa peralihan kekuasaan ini.

"Seperti yang saya katakan, prioritas utama saya dalam dua bulan ke depan adalah memfasilitasi transisi untuk memastikan kesuksesan presiden terpilih," kata Obama.

"Jika Anda sukses, maka negeri ini juga akan sukses," kata Obama kepada Trump yang duduk bersebelahan di depan perapian di ruang Oval.

Sementara itu, Trump menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Obama karena pertemuan yang dijadwalkan hanya berlangsung 10 menit menjadi sedikit lebih lama.

"Bapak Presiden, merupakan sebuah kehormatan bisa duduk bersama Anda dan saya menanti kesempatan bersama Anda lebih banyak lagi," ujar Trump.

Trump juga menegaskan, dia akan meminta nasihat Obama di masa-masa peralihan kekuasaan ini.

Di saat para jurnalis dipersilakan meninggalkan ruang pertemuan, Trump terdengar berulang kali mengatakan bahwa Obama adalah orang yang sangat baik.

Pertemuan Trump dan Obama ini, hingga beberapa hari lalu, tak pernah terbayangkan mengingat kerasnya persaingan dalam kampanye presiden.

Namun, setelah hasil pemilihan memastikan Trump menjadi pemenang, keduanya sepakat menyingkirkan perbedaan politik untuk mempersiapkan transisi pemerintahan.

Bahkan, Trump yang lebih dahulu mendinginkan suasana dengan memuji Hillary Clinton, yang pernah diancam akan dipenjarakan.

"Kita semua berutang sangat besar terhadap pengabdiannya terhadap negara ini," kata Trump dalam pidato kemenangannya.

Selain itu, Trump juga berusaha meraih warga AS yang tidak memilih dirinya.

"Saya bersumpah kepada warga negeri ini bahwa saya akan menjadi presiden untuk seluruh rakyat Amerika, dan ini sangat penting bagi saya," kata Trump.

"Bagi mereka yang tidak mendukung saya di masa lalu, saya memohon arahan dan bantuan kalian sehingga kita bisa bekerja sama dan bersatu untuk negeri besar ini," lanjut Trump.

Pernyataan Trump ini kemudian disusul janji Obama yang menjanjikan transisi kekuasaan yang damai dan lancar.

"Kita semua kini harus mendukung agar dia sukses mempersatukan dan memimpin negeri ini," kata Obama.

"Transisi kekuasaan yang damai adalah salah satu keunggulan demokrasi kita. Dan dalam beberapa bulan ini kita akan menunjukkan hal itu kepada dunia," Obama menegaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com