Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramos Horta: Kepresidenan Donald Trump akan Provokasi Kekacauan Dunia

Kompas.com - 25/10/2016, 23:15 WIB

DARWIN, KOMPAS.com - Peraih Hadiah Nobel Perdamaian Jose Ramos Horta, mengatakan, Donald Trump akan memprovokasi instabilitas dan gangguan dunia jika ia menjadi Presiden AS.

Ramos Horta mengungkapkan hal itu kepada ABC News, Selasa (25/10/2016).

Menurut mantan Presiden Timor Lerste itu, ia masih dalam proses meminta para pemenang Hadiah Nobel Perdamaian lainnya untuk menandatangani sebuah surat terbuka yang mendesak masyarakat AS untuk tidak memberikan suaranya kepada Trump.

"Saya dan banyak teman saya, para pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, sangat prihatin dengan nada bicara calon presiden Donald Trump,” katanya saat melakukan kunjungan ke Darwin, Selasa.

Keprihatinan Ramos terutama karena komentar Trump yang “meremehkan tentang migran, Muslim, dan pengungsi." Katanya.

“Ini sangat mengkhawatirkan bagi kita semua dan hal itu tidak mewakili kepentingan AS,” ujarnya sambil menambahkan, AS harus dipimpin dengan ‘kebijaksanaan dan kehati-hatian’.

Ramos mengatakan, AS harus menyadari kalau negaranya bukan satu-satunya kekuatan di dunia.

Trump perburuk situasi

"AS merupakan kekuatan global yang tak terbantahkan dan kekuatan global harus dipimpin dengan kehati-hatian, dengan kebijaksanaan yang sangat besar," demikian Ramos.

Menurut Ramos, dirinya tidak percaya kandidat dari Partai Republik itu memiliki keterampilan diplomatik untuk memimpin kekuatan dunia.

"Apa pun keputusan yang diambil Presiden dan Kongres AS terhadap sejumlah ketentuan dan isu internasional dapat meningkatkan perdamaian, namun dapat menimbulkan ketidakstabilan dan gangguan dunia," kata Ramos.

Dia mengatakan kebijakan Trump yang telah diuraikan dalam pidato kampanye itu ‘sangat berbahaya’ dan bisa memperburuk situasi yang bergejolak.

Pidato semacam ini menggelorakan dunia yang sudah dalam keadaan tegang di mana ada banyak kelompok ekstrim anti-AS di banyak bagian dunia.

“AS tidak mampu [membiarkannya] dan dunia juga tidak mampu [membiarkannya]," kata Ramos.

Ramos mengungkapkan kekagumannya pada sosok pesaing Trump, Hillary Clinton, yang pernah mengunjungi Timor Leste ketika menjabat sebagai Menlu AS pada 2012.

"Dia wanita yang luar biasa, sensitif terhadap seluruh dunia," ujar Ramos sambil menambahkan,

"Dia sangat sensitif terhadap pendidikan bagi orang miskin, untuk anak-anak."

"Bersama dengan rekan-rekan saya hanya inilah yang berusaha kami sampaikan, untuk mengingatkan opini publik AS bahwa dunia yang tidak mampu kita tinggal di dalamnya, tidak mampu [membiarkan] ekstrimisme yang datang dari Gedung Putih itu sendiri."

Sengketa Laut Timor

Mantan Presiden Timor Leste ini juga memprediksikan pengadilan internasional akan memutuskan mendukung negaranya mengenai perbatasan maritim antara Australia dan Timor Leste.

www.abc.net.au Laut Timor
Sengketa yang saat ini sedang diputuskan oleh Pengadilan Tetap Arbitrase di Den Haag.

Jika prediksi Ramos ini benar, keputusan tersebut akan menempatkan secara tegas cadangan minyak dan gas yang besar [yang terdapat di Laut Timor] berada di dalam wilayah Timor Leste.

“Saya tidak akan bertaruh bahwa [keputusan Pengadilan Tetap Arbitrase] akan melawan kami, karena kami benar-benar akrab dengan hukum internasional, "katanya.

"Dengan suasana [yang berlangsung] di PBB sangat tidak mungkin bahwa komisi bisa mengeluarkan keputusan yang melawan Timor Leste karena benar-benar memahami di mana letak hukum internasional,” katanya.

"Saya percaya diri hanya karena kita memahami apa yang telah diatur dalam hukum internasional mengenai hak-hak kami," ujar Ramos lagi.

Australia, kata Ramos, tidak bisa membantah batas laut dengan Timor Leste pada jarak yang sama antara kedua negara, sementara juga memprotes klaim daratan China di Laut Cina Selatan.

"Kita terlibat dalam begitu banyak isu-isu internasional termasuk memiliki pandangan mengenai laut Cina Selatan, isu ini hanya akan semakin memperkuat posisi Australia di panggung internasional jika Australia mematuhi prinsip-prinsip yang sama di Timor Leste," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com