Perempuan
"Saya melihat kedua calon diserang berdasarkan karakter fisik mereka, kepribadian mereka, serta keputusan yang mereka ambil di masa lalu," kata Jennifer Mercieca, sejarawan yang ahli dalam retorika politik AS.
"Satu unsur yang membedakan keduanya adalah bahwa Hillary diserang soal fakta bahwa ia perempuan, dan Trump tidak pernah mengalami itu," kata Jennifer.
Banyak serangan terhadap Hillary bersifat misoginis atau terkadang penggunaan kata "bitch" atau "sundal".
Satu lagi yang jadi serangan terhadap Hillary adalah skandal seks suaminya di tahun 1980-an dan 1990-an.
Tahun lalu bahkan Trump sendiri sempat menyampaikan ulang sebuah cuitan di Twitter, "Jika Hillary Clinton tak bisa memuaskan suaminya, apa yang bikin ia berpikir bisa memuaskan AS."
Trump kemudian menghapus status tersebut.
Beberapa pengkritiknya tetap curiga ia terlibat dalam skandal itu sebagai pengatur upaya membuat para perempuan yang terlibat itu diam, atau menjelek-jelekkan karakter mereka.
Dalam sebuah film dokumenter berjudul Hillary's America: The Secret History of the Democratic Party penulis konservatif Dinesh D'Souza bahkan berpendapat Hillary Clinton mendorong agar suaminya tidur dengan perempuan lain.
Teori konspirasi
Selama beberapa dekade keluarga Clinton berada di jabatan publik, polatisasi politik AS meningkat.
Peningkatan ini sebagian disumbang oleh suara-suara radikal di internet dan acara bincang radio.
Trump sendiri ikut serta di dalam kontroversi itu dengan menyampaikan beberapa teori konspirasi untuk menyerang baik keluarga Clinton maupun Presiden Bacak Obama.
November lalu misalnya ia menyatakan pemilu mungkin "sudah diatur" untuk memenangkan Hillary serta menuduh bahwa Hillary dan Obama adalah para pendiri kelompok yang menamakan diri negara Islam atau ISIS.
Sejak lama Trump menuduh Obama adalah seorang Muslim dan berkali-kali ia menyebut Hillary sebagai "setan".