Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Hal tentang Presiden Kolombia, Peraih Nobel Perdamaian

Kompas.com - 08/10/2016, 12:31 WIB

Dia mendapatkan 69 persen suara sementara pesaingnya Atanas Marcus dari Partai Hijau hanya mendapatkan 27,5 persen.

Dalam pidato kemenangannya di Bogota, saat itu Santos menjajikan untuk melepaskan Kolombia dari mimpi buruk kekerasan dan berjanji untuk menyerang musuh-musuh negara.

3. Masa "bulan madu" Santos tak berlangsung lama

Saat naik ke tampuk kekuasaan, Santos mewarisi sistem kesehatan publik yang buruk, angka pengangguran tinggi serta perang melawan kartel narkoba dan pemberontak FARC.

Namun, di tahun pertama memerintah, popularitas Santos melonjak hingga 80 persen dan perekonomian berkembang dengan pertumbuhan 4 persen dan inflasi yang rendah.

Harian The Economist menulis, pertumbuhan ekonomi Kolombia yang impresif dalam satu dekade terakhir sangat bergantung pada ekspor minyak dan batu bara, konstruksi serta komsumsi domestik.

Di tahun ketiga memerintah, perekonian Kolombia mulai menurun, terutama karena anjolknya pendapatan dari minyak, komoditas ekspor terbesar Kolombia, yang menurun sejak paruh kedua 2014.

Pada awal 2016, Santos terpaksa mengumumkan pemangkasan anggaran negara hingga 3 persen di tengah melambatnya perekonomian dunia akibat anjloknya harga jual minyak.

4. Kebijakannya tak bisa menyenangkan semua pihak

Masa pemerintahan Santos dipenuhi protes, terutama dari mereka yang mengkritik kebijakan dalam negerinya, terutama di bidang pendidikan, tenaga kerja dan inflasi.

Para pengkritiknya mengatakan, Santos gagal menarik investasi dalam sektor transportasi dan pariwisata yang bisa mendongkrak perekonomian

Santos, oleh sebagain kalangan, dianggap menjadikan upaya perdamaian sebagai satu-satunya tujuan meski banyak hal lain yang bisa dikembangkan.

5. Berasal dari keluarga kaya dan berkuasa di Kolombia

Paman buyut Santos, Eduardo adalah presiden Kolombia pada 1938-1942 dan sepupunya Fransisco adalah wakil presiden di masa pemerintahan Alvaro Uribe.

Sementara itu, ayahnya selama 50 tahun adalah editor di harian paling berpengaruh di Kolombia, El Tiempo.

Semua rekam jejak ini membuat Santos dianggap sudah lahir dalam keberuntungan dan memang sudah ditakdirkan memimpin Kolombia.

"Menjadi presiden sudah menjadi takdirnya sejak dia masih memakai celana pendek," demikian sebuah artikel Colombia-Politics, tiga tahun setelah kemenangannya dalam pilpres 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com