Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Penerbangan Sebut Skenario Kemungkinan Penyebab Jatuhnya EgyptAir

Kompas.com - 21/05/2016, 14:33 WIB

STOCKHOLM, KOMPAS.com - Meski sejauh ini belum dapat dipastikan penyebab jatuhnya EgyptAir MS804, tetapi perilaku tak lazim pesawat itu bisa menimbulkan beberapa dugaan.

Bisa saja pesawat itu jatuh karena kesalahan manusia, masalah teknis atau gabungan keduanya. Demikian sejumlah pakar penerbangan kepada kantor berita Associated Press.

Pemerintah Yunani mengatakan, pesawat itu berbelok ke kiri 90 derajat dan kemudian ke kanan 360 derajat sebelum terjun ke Laut Tengah.

Berikut beberapa skenario penyebab jatuhnya pesawat dilihat dari perilaku terbang yang tak lazim itu.

Kekacauan di dalam kokpit

Berbeloknya pesawat itu dengan sangat tajam menimbulkan dugaan terjadi semacam keributan dan perkelahian di dalam kokpit. Analisa ini disampaikan Philip Baum, editor Aviation Security International.

Baum mengatakan, kedua pilot kemungkinan berusaha mengendalikan pesawat yang lumpuh akibat ledakan, seperti yang menimpa sebuah pesawat penumpang Kuba usai lepas landas dari Barbados.

Dalam insiden tahun 1976 itu, pilot berusaha mengendalikan pesawat dan mencoba menjauhkan pesawat itu dari pantai.

Atau, lanjut Baum, kedua pilot bisa saja bergumul dengan seseorang yang mencoba mengambil alih kendali.

"Kemungkinan telah terjadi perkelahian di dalam kokpit antara kru kabin atau melawan seorang pembajak yang berusaha mengambil alih pesawat," kata Baum.

Pada 2000, pesawat British Airways penerbangan 2069 dari London menuju Nairobi tiba-tiba menukik dari ketinggian lebih dari 3.000 meter.

Penyebabnya, seorang penumpang menerobos masuk ke dalam kokpit dan berusaha merebut kendali. Beruntung penumpang itu bisa dilumpuhkan dan pilot berhasil mengendalikan pesawat itu.

Baum menambahkan, tak adanya sinyal darurat yang diterima militer Mesir beberapa saat sebelum insiden bisa menguatkan teori ini.

"Jika terjadi perkelahian di dalam kokpit, maka tak terkirimnya sinyal darurat sangat dipahami," papar Baum.

"Hal terakhir yang ada di pikiran pilot saat terjadi perkelahian adalah mempertahankan kendali bukan mengirim sinyal darurat," ujar Baum lagi.

Tabrakan mendadak

Kemungkinan lain adalah pesawat itu dihantam oleh sebuah obyek eksternal yang mengakibatkan pesawat itu jatuh seketika dari langit. Demikian pakar sistem penerbangan, Philip Butterworth-Hayes.

"Bisa saja obyek itu adalah rudal atau sebuah drone. Sesuatu menabrak pesawat itu dan mengubah arah terbangnya," ujar Philip.

Namun, Hans Kjall dari Nordic Safety Analysis Group mengatakan, skenario dihantam rudal sangat kecil kemungkinannya.

Sebab, kata Hans, pesawat itu melintas di atas Laut Tengah dan membutuhkan sebuah sistem persenjataan canggih untuk menghantam pesawat yang terbang di ketinggian tersebut.

"Dibutuhkan rudal yang ditembakkan dari laut," tambah Hans Kjall.

Dia menambahkan, jika terjadi serangan terhadap pesawat itu maka serangan dari dalam misalnya sebuah aksi teror jauh lebih mungkin terjadi.

Masalah teknis

Meski sejumlah pakar belum berani menyimpulkan apapun, tetapi Butterworth-Hayes mengatakan, sangat sulit membayangkan kesalahan teknis mengakibatkan tragedi itu.

"Saya tak bisa membayangkan sebuah kesalahan teknis. Sebab, ada tiga sistem pengendali pesawat," kata dia.

"Dan bahkan jika ketiga sistem itu rusak, seorang pilot masih bisa menerbangkan pesawat serta membuat pesawat itu terbang lurus," tambah Butterworth-Hayes.

Hans Kjall mengatakan, jika pesawat itu jatuh karena sebuah kesalahan teknis maka kemungkinan terdapat kesalahan manusia juga d sana.

"Skenario ini bisa terjadi jika sistem navigasi memberi informasi salah kepada kokpit, sehingga pilot membuat manuver yang salah," ujar Kjall.

Contoh terbaik adalah kecelakaan Air France penerbangan 447 yang jatuh ke Samudera Atlantik dalam perjalanan dari Brasil ke Perancis pada 2009.

"Badai, kesalahan data dan kesalahan manusia semua memainkan peranan," lanjut Kjall.

David Learmount, editor konsultasi di Flight Global mengatakan, satu kesamaan antara tragedi EgyptAir dan Air France, meski mungkin saya tak releva, yaitu keduanya terjadi di tengah malam.

"Itu adalah saat di mana manusia berada di level performa paling rendah. Apapun yang terjadi, kondisi pilot pasti tak sebaik saat mereka bekerja di siang hari," ujar Learmount.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com