Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Radikalisme di Eropa, Ada Apa dengan Belgia?

Kompas.com - 23/03/2016, 09:00 WIB
Ervan Hardoko

Penulis


Politik, politik dan politik

Namun, usulan Benyaich itu nampaknya sulit diwujudkan dalam waktu dekat, dan penyebabnya adalah sistem politik Belgia yang unik jika tak mau disebut aneh.

Seorang politisi Belgia, Hans Bonte, seperti dikutip harian Jerman Spiegel, mengatakan, dia tak heran jika banyak tersangka kasus terorisme berasal dari Molenbeek.

Bonte menyebut dua hal yang menyebabkan masalah ini, yaitu politik Belgia yang terlalu lokal dan mininya pengawasan serta kontrol sosial terhadap mereka yang sudah teradikalisasi.

Brussels, sebuah kota dengan penduduk sebanyak 1,2 juta jiwa, tak memiliki satu dinas kepolisian.

Kota ini, memiliki enam kepolisian yang bertanggung jawab terhadap 19 wali kota yang tak jarang adalah para rival politik.

Selain itu, konflik tak teratasi antara dua populasi terbesar Belgia yaitu warga Flemish yang berbahasa Belanda dan Waloons yang berbahasa Perancis juga membayangi.

Usai serangan Paris tahun lalu, Menteri Dalam Negeri Belgia Jan Flambon, yang seorang Flemish, mengusulkan agar keenam kepolisian di Belgia melakukan merjer untuk mengantisipasi serangan serupa.

"Itu adalah mimpi orang Flemish," kata Ahmed El Kahnnouss, wakil wali kota Molenbeek.

Dia mengatakan, Molenbeek, sebagai kawasan dengan penduduk berbahasa Perancis harus memiliki kepolisian dengan bahasa yang sama.

Hal ini, lanjut Kahnnouss, terkait dengan prinsip tradisional Belgia soal otonomi komunal.

Selain itu, aparat kepolisian terutama di kawasan-kawasan "kurang makmur" seperti Molenbeek, tak memiliki fasilitas memadai.

Eksportir anggota kelompok radikal

Dengan berbagai kerumitan di lapangan itu, tak heran jika Belgia kini menjadi saah satu "eksportir" utama pemuda ke kancah perang di Suriah dan Irak.

Menurut data dari ICSR, Kings College London, hingga akhir tahun lalu sebanyak 500 warga Belgia berangkat ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Dari sisi jumlah warga yang pergi ke Timur Tengah, Belgia menempati urutan ketiga setelah Perancis dan Inggris.

Namun, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang hanya 11 juta jiwa, maka Belgia menjadi negara terbanyak yang mengirim pemudanya untuk berperang di Suriah dan Irak.

Di Suriah, ratusan warga Belgia yang sebagian besar masih berusia muda itu menjadi semakin teradikalisasi dan yang paling berbahaya adalah mendapat pelatihan militer.

Setelah kenyang pengalaman tempur mereka pulang dari Suriah dan setibanya di Belgia tak ada sistem apapun yang bisa memantau aktivitas para veteran perang ini.

"Untuk seorang pemuda yang teradikalisasi maka dibutuhkan sebuah solusi terbaik yang khusus dibuat untuk dia. Dan itu tak terjadi di Brussels dan sekitarnya," ujar Bonte.

Jadi yang diperlukan mungkin adalah pengawasan dan penanganan yang terukur dan bukan sekadar tindakan represif.

Sayangnya, Perdana Menteri Belgia Charles Michel memandang, tindakan represif menjadi yang utama.

"Hampir selalu terdapat kaitan dengan Molenbeek. Kami sudah mencoba mencegah. Kini kami harus represif. Kami selama ini tak ingin campur tangan dan lemah. Kini kami harus membayar mahal," ujar Michel.

Yang jelas, masalah radikalisme di Belgia adalah masalah bersama negara-negara Eropa. Apalagi Brussels, jaraknya hanya "sepelemparan batu" dari Paris, Perancis.

Brussels juga hanya berjarak beberapa jam dari kota-kota utama Eropa seperti Amsterdam, Koln, Strasbourg, Frankfurt atau Berlin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com