Kemenangan demi kemenangan dalam pemilihan awal semakin mendekatkan Trump untuk berlaga dalam pemilihan presiden pada November mendatang.
Jika dia bertarung, terbuka kemungkinan pada awal tahun depan Trump sudah menjadi penghuni baru Gedung Putih.
Namun, banyak kalangan "ngeri" jika Trump bekerja di ruang Oval Gedung Putih. Pasalnya, banyak janji kampanyenya yang kontroversial dan terkesan radikal.
Salah satunya adalah rencananya melarang umat Muslim menjejakkan kaki di wilayah Amerika Serikat.
Pertanyaannya adalah apakah Trump, jika terpilih menjadi presiden AS, benar-benar akan menjalankan janji kampanyenya itu?
Memang sulit menjawab pertanyaan itu sebelum Trump benar-benar berkuasa, tetapi setidaknya beberapa fakta ini setidaknya bisa memberi gambaran seperti apa kelak jika Trump berkuasa.
Sebagai seorang pengusaha, Trump mendapatkan kekayaannya dari investasinya tidak hanya di AS, tetapi juga di luar negeri, termasuk di negara-negara dengan penduduk mayoritas pemeluk Islam.
Kekaisaran bisnis Trump tersebar di berbagai negara Muslim, mulai dari Turki, Qatar, Uni Emirat Arab, Dubai, Indonesia, hingga Azerbaijan.
Bisnisnya itu meliputi padang golf, hotel, proyek perumahan, hingga ratusan toko di semenanjung Arabia.
Harian ekonomi Financial Times memperkirakan setiap tahun Trump mendapatkan keuntungan 3,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 46 miliar hanya dari kesepakatan lisensi dua proyek propertinya.
Rumah-rumah mewah di dekat lapangan golf di Dubai dijual dengan harga 1,8 juta dollar AS per unitnya. Intinya Trump meraup banyak uang dari orang-orang yang akan dilarangnya menjejakkan kaki di AS.
Berikut beberapa proyek Donald Trump di negara-negara Muslim sesuai dengan laporan kekayaannya pada Juli tahun lalu.
Dubai, Uni Emirat Arab
Trump berencana membangun dua resort golf mewah di Dubai. Dalam laporannya, Trump bekerja sama dengan DAMAC Crescent Properties.