Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecemasan Warga Muslim Perancis Setelah Serangan Paris

Kompas.com - 23/11/2015, 14:56 WIB

"Masalahnya bermula dari cara mereka memperlakukan para imigran 40-50 tahun lalu. Mereka menempatkan orang-orang Arab di daerah pinggiran kota yang jauh dari orang lain," kata Mohammad yang memiliki toko CD dan DVD di Barbes.

Beberapa dekade setelah gelombang besar pertama migrasi tahun 1960-an, ribuan orang masih tinggal di proyek perumahan murah di pinggiran kota Paris. Di sana kejahatan kecil marak dan kehidupan benar-benar terasa berbeda dari pusat kota yang berkilauan.

Di sana pekerjaan sulit didapat. Angka pengangguran tahun 2013 diperkirakan mencapai 23 persen. Di bagian lain kota itu, angka pengangguran hanya sembilan persen.

Pinggiran kota itu, dan sebagian distrik ke-18 di Paris, di mana Barbes berada, mengalami kerusuhan besar tahun 2005 yang menegaskan kondisi keterasingan atau alienasi.

Menurut sejumlah peneliti, perasaan diperlakukan secara berbeda inilah yang dapat dimanfaatkan ISIS. Orang-orang di pinggiran itu, terutama para pemuda yang hidup tanpa arah,  dibujuk untuk mengikuti gerakan bertujuan sesat.

Disintegrasi

Didier Lapeyronnie, pengajar sosiologi di Universitas La Sorbonne di Paris, mengatakan banyak warga Muslim Perancis "tidak merasa mereka merupakan bagian dari masyarakat nasional".

Bagi sebuah minoritas kecil dari mereka, ekstremisme dapat digunakan untuk membangun sebuah pandangan alternatif.

"Terorisme tidak selalu terkait dengan marginalisasi," kata Lapeyronnie. Namun ia menambahkan, "Di sejumlah daerah ... sebuah penyimpangan budaya (counter-culture), counter-society telah dibuat, dan Islam digunakan untuk membangun sebuah pandangan."

"Ada sebuah kegagalan politik terkait model integrasi... sebuah proses disintegrasi," katanya.

Seorang pakar yang berbasis di Paris, Karim Bitar, mengatakan ISIS mengambil keuntungan penuh dari kondisi tersebut.

Kelompok itu "memiliki strategi ganda yang terasah baik terkait memanfaatkan perasaan teraniaya kaum Sunni di Irak dan Suriah dan sekaligus memanfaatkan rasa keterasingan para pemuda Muslim yang diperlukakan secara berbeda di Eropa," katanya kepada AFP.

Sekitar 1.000 orang pria dan perempuan Perancis telah bergabung dengan ISIS di Irak dan Suriah.

Kelompok itu memiliki "segalanya dengan merekrut para pemuda Perancis. ISIS dapat meningkatkan kemampuan operasionalnya dan mereka secara psikologis mencetak kemenangan dengan mempertajam kontradiksi dalam masyarakat Barat," kata Bitar dari Institute for International and Strategic Affairs.

Demi Petualangan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com