Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecemasan Warga Muslim Perancis Setelah Serangan Paris

Kompas.com - 23/11/2015, 14:56 WIB
PARIS, KOMPAS.com - Seorang petugas pemadam kebakaran keturunan Aljazair, Faisal, ikut mengevakuasi ribuan orang dari Stade de France dalam serangan teror di Paris pada 13 November lalu.

Faisal membimbing para penggemar sepak bola yang panik ke tempat aman saat beberapa pengebom bunuh diri meledakkan diri di luar stadion.

Sekarang Faisal takut pembantaian pada 13 November di ibukota Perancis itu akan memperdalam sebuah perpecahan berbahaya "mereka dan kita" antara lima juta penduduk Muslim Perancis dengan sisa masyarakat lainnya.

Kaum militan di balik serangan itu tampaknya merupakan warga Eropa keturunan Arab. Petugas pemadam kebakaran berusia 40 tahun itu khawatir bahwa kaum Muslim Perancis akan menderita diskriminasi yang lebih besar sebagai akibat dari serangan tersebut.

"Jika Anda memiliki nama Muslim, mereka berhenti melihat Anda sebagai orang Perancis dan mereka mulai melihat Anda sebagai seorang Arab, seorang teroris potensial," kata Faisal.

Serangan tersebut juga akan memperburuk masalah yang ada. Faisal takut banyak warga Muslim tidak merasa sebagai bagian dari Perancis, dan bahkan membenci Perancis.

Kebencian itulah yang berusaha dieksploitasi kelompok ISIS.

Seperti orang-orang lain yang tinggal di kawasan Boulevard Barbes, Faisal mengecam serangan tersebut.

"Saya sedang bekerja di dalam Stade de France pada Jumat malam itu ketika kami mendapat panggilan radio untuk mengevakuasi semua orang. Namun ketika serangan semacam itu terjadi, hal tersebut memperdalam pemisahan antara kami dan masyarakat lainnya," kata petugas pemadam kebakaran itu.

Komunitas Muslim Perancis, yang termasuk yang terbesar di Eropa, sangat beragam seperti juga negara itu sendiri.

Namun banyak orang yang menyuarakan kecemasan tentang posisi mereka dalam sebuah negara dengan sejarah kolonial berdarah di Afrika Utara dan sebuah komitmen terhadap sekularisme yang oleh beberapa orang lihat bertentangan dengan tradisi Islam.

Kecemasan itu melonjak saat politisi seperti mantan perdana menteri Alain Juppe menyerukan kepada warga Muslim untuk secara terbuka "mengatakan bahwa mereka tidak ada hubungannya dengan barbarisme itu".

Seorang penulis opini, Hatem Nafti, beraksi terhadap Juppe di  harian berhaluan kiri, Liberation. Nafti mengatakan, "Orang Muslim tidak perlu menjustifikasi diri mereka... Apakah mereka bersalah hanya karena mereka Muslim?"

Teralienasi

Mohammad (30 tahun), seorang pria kelahiran Perancis dan merupakan keturunan Aljazair, dan temannya Samir mencoba untuk mencari akar persoalan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com