Di tengah porak-porandanya Suriah, kehidupan masih berlanjut.
"Orang-orang masih berusaha untuk bertahan," kata jurnalis Zaina Erhaim. "Mereka masih jatuh cinta. Mereka masih bisa mengantarkan anak-anaknya ke sekolah kendati lokasinya di bawah tanah.
"Mereka (anak-anak) tetap menjalankan kehidupannya. Mereka masih bersekolah. Mereka masih bisa berbelanja. Namun, segalanya berbeda."
Aleppo, tempat yang menjadi medan pertempuran ISIS, militan Islam lainnya, pemberontak moderat, dan pasukan rezim Assad, telah hancur. Kendati demikian, kehidupan yang normal masih ada. Anak-anak mengubah kuburan menjadi tempat bermain. Demikian kata Erhaim.
Dia pernah bertanya kepada seorang ibu yang juga kepala sekolah bagaimana dia menghindarkan anak-anak dari rasa takut, terutama pada malam-malam pengeboman yang begitu ekstensif.
"Dia mengatakan bahwa dia memberikan anak-anak obat tidur sehingga mereka tidak akan takut lagi."
Ibu lainnya, kata Erhaim, mengatakan bahwa mereka menjemput anaknya dari sekolah bukan karena khawatir terbunuh, melainkan takut dia terbunuh sendirian.
"Jadi, masalahnya bukan menghindarkan anak agar tak terbunuh, melainkan agar mereka bisa mati bersama-sama."
"Begitu menakutkan. Namun, mereka masih di sana. Mereka masih berusaha untuk hidup," kata Erhaim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.