Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Seorang Algojo Eksekusi Mati Pakistan

Kompas.com - 06/08/2015, 13:19 WIB

Secara keseluruhan, dia meyakini telah mengeksekusi lebih dari 200 pria sejak 2007, angka yang ia sebut tanpa nada penyesalan.

Mungkin karena ia berasal dari keluarga algojo, sama seperti keluarga Pierrepoint di Inggris, Sanson di Perancis, atau Mammu Jallad di India.

Seperti kebanyakan algojo dari era Kerajaan Inggris, Sabir adalah penganut Kristen. Nama belakangnya adalah penyebutan lokal untuk Yesus Kristus dan nama belakang umum di kalangan orang-orang Kristen di kawasan Asia Selatan.

Matanya cekung dan berkerut, giginya kuning karena mengunyah tembakau, bicaranya gagap, tingginya hampir 180 cm, dan wajahnya tegas.

"Menggantung orang adalah bisnis keluarga saya," katanya. "Ayah saya algojo, ayahnya juga, begitu juga ayah kakek saya, dan kakeknya lagi, sejak masa East India Company."

Mungkin leluhurnya yang paling terkenal adalah saudara laki-laki kakeknya, Tara Masih, pria yang menggantung perdana menteri terpilih pertama Pakistan, Zulfikar Ali Bhutto, pada 1979.

Tara Masih harus diterbangkan dari Bahawalpur ke Lahore untuk eksekusi tersebut karena algojo di Lahore, Sadiq Masih, keponakan Tara dan ayah Sabir, tak mau menggantung pemimpin populer tersebut.

Sabir juga mengatakan bahwa kakeknya, Kala Masih, menggantung Bhagat Singh, revolusioner sosialis dan pahlawan gerakan kemerdekaan India, pada 1931.

Namun, ada klaim dari keluarga Mammu Jallad di India yang mengatakan bahwa Bhagat Singh digantung oleh Ram Rakha, kakek Mammu.

Tak merasakan apa-apa

Dengan sejarah keluarga seperti ini, Sabir Masih sering dikejar wartawan yang ingin mencari tahu tentang pekerjaannya dengan pertanyaan seperti, "Apakah Anda bisa tidur semalam sebelum melakukan eksekusi?" "Apakah Anda mimpi buruk sesudahnya?" "Apa yang Anda rasakan setelah menggantung korban pertama?" "Apa pendapat keluarga dan teman tentang pekerjaan Anda?"

"Saya tak merasakan apa-apa. Ini bisnis keluarga. Ayah saya mengajarkan caranya mengikat tali gantungan, berapa ikatan, dan dia membawa saya untuk melihat beberapa penggantungan saat saya direkrut."

Dia pertama kali menggantung orang sendirian pada Juli 2007.

"Satu-satunya yang membuat saya gugup adalah apakah ikatan saya benar, tetapi wakil kepala penjara bilang tak usah khawatir. Dia menyuruh saya mengikat dan melepas ikatan beberapa kali sebelum si terpidana mati dibawa. Saat sipir memberi saya tanda untuk menarik tuas, fokus saya ke dia, dan tidak melihat terpidana mati jatuh lewat pintu jebakan."

Situasinya sekarang kurang lebih sama.

Terpidana mati akan dibacakan tuntutannya oleh panitera, diminta mandi, dan jika mau diberi pendamping doa, lalu ia akan digiring ke panggung eksekusi oleh penjaga penjara.

"Satu-satunya kekhawatiran saya adalah mempersiapkan mereka setidaknya tiga menit sebelum digantung. Maka, saya melepas sepatunya, menutup kepalanya dengan tudung, mengikat kaki dan tangannya, menaruh tali gantungan di sekitar lehernya, memastikan simpul tali ada di bawah telinga kirinya, dan menunggu tanda dari sipir untuk menarik tuas."

Tak ada konseling psikologis sebelum atau sesudah penggantungan buat algojo, dan tak ada batas jumlah eksekusi yang maksimal dilakukan oleh algojo sebelum mendapat jeda.

Menurut Sabir, dia tidak membutuhkannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com