Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pianis Korea Utara yang Diinterogasi karena Mainkan Lagu Barat

Kompas.com - 08/07/2015, 15:48 WIB

Jadi petani di China

Setelah tiba di seberang sungai, Cheol Woong diarahkan ke sebuah desa kecil. "Saya mengatakan kepada warga di sana, saya bisa main piano. Namun, mereka berkata, "Anda masih harus bekerja." "Jadi, saya membantu bekerja di lahan pertanian. Saya juga bekerja sebagai penebang kayu di pegunungan. Masa itu sungguh berat dan sulit bagi saya. Saya lelah, lapar, dan kedinginan," ujarnya.

Ketika bekerja di sebuah pabrik kayu, dia bertemu seorang pembelot Korut lainnya yang menceritakannya tentang sebuah gereja dekat sana yang memiliki piano. Piano itu sudah tua dan tidak bekerja dengan baik, tetapi dia sangat gembira melihatnya.

"Ketika saya bermain piano lagi, saya menjadi sangat emosional, saya tersentuh," katanya.

Cheol Woong menjadi pianis tetap di gereja itu, memukau semua orang dengan keahliannya. Dia berpura-pura menjadi orang Korea Selatan yang tidak bisa berbahasa China dengan lancar. Akhirnya, setelah lebih dari setahun setelah meninggalkan Pyongyang, dia berhasil mendapatkan paspor Korea Selatan palsu dan terbang ke Seoul menuju kehidupan baru.

Dia menikah, memiliki keluarga, dan membangun karier sukses sebagai pianis konser yang tampil di seluruh dunia. Dia juga telah mendirikan lembaga amal untuk mendidik anak-anak yang kabur dari Korea Utara dengan keluarganya.

"Saya ingin membantu anak-anak ini melalui pendidikan musik. Yang terpenting, saya ingin menunjukkan masa depan penyatuan melalui mereka."

Demi mencapai tujuannya, Cheol Woong baru-baru ini membuat orkestranya sendiri bernama Arirang Youth Orchestra yang terdiri dari remaja-remaja Korut dan Korsel. "Arirang" adalah sebuah lagu rakyat Korea tradisional mengenai cinta dan kehilangan. Dia mengatakan, itu satu-satunya lagu yang diketahui warga Korea Utara dan Selatan.

"Ketika saya memperkenalkan mereka, suatu hal yang indah terjadi. Awalnya, terdapat kesunyian canggung. Namun, setelah 10 menit, mereka mulai bermain bersama dan berteman. Melalui musik dan kerja sama, saya melihat anak-anak ini mulai membantu dan mendukung satu sama lain."

"Anak-anak muda ini sudah mengalami unifikasi, mereka menjadi satu. Jadi, kita bisa membayangkan masa depan Korea yang satu melalui mereka. Ditambah lagi, orkestra ini bisa menyampaikan pesan keharmonisan musik kepada mereka yang masih berperang di seluruh dunia," ujarnya.

Dia masih gemar memainkan "A Comme Amour". Dia juga sesekali teringat akan mantan kekasihnya, yang menurut pengakuannya, telah menikah dengan seorang aktor di negeri asalnya, Korea Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com