Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pianis Korea Utara yang Diinterogasi karena Mainkan Lagu Barat

Kompas.com - 08/07/2015, 15:48 WIB

SEOUL, KOMPAS.com — Pada 2001, Kim Cheol Woong duduk di depan piano untuk berlatih lagu yang ingin dia mainkan saat melamar kekasihnya.

Lagu balada sentimental berjudul "A Comme Amour" yang biasa dibawakan Richard Clayderman menjadi pilihan Cheol untuk memikat perempuan yang telah dia kenal sejak berusia delapan tahun dan sama-sama belajar piano.

Di luar dugaan, lagu romantis tersebut justru membahayakan Cheol Woong. Seorang pejalan kaki yang kebetulan mendengar lantunan nada lagu itu melaporkannya ke departemen keamanan negara. Tidak lama kemudian, Cheol Woong dipanggil aparat keamanan Korut.

"Di manakah pertama kali Anda mendengar musik itu? Apa perasaan Anda mendengar musik itu? Anda memainkan lagu itu untuk siapa?" kata Cheol Woong, menirukan pertanyaan penyidik yang menginterogasinya selama berjam-jam.

Cheol Woong menjelaskan, dia pertama kali mendengar lagu itu ketika belajar di Rusia. Dia menyukainya dan mengingatnya agar bisa dia mainkan untuk pacarnya ketika pulang.

Bakatnya sebagai pianis sudah terlihat sejak kecil. Setelah dia lulus dari jurusan musik klasik dari sebuah universitas elite di Pyongyang, dia diperbolehkan melanjutkan studi ke sekolah musik bergengsi di Moskwa.

Sambil duduk-duduk di kafe di ibu kota Rusia tersebut, dia mendengar musik jazz untuk pertama kalinya dan langsung "jatuh cinta" pada musik tersebut. Sayangnya, aparat keamanan Korut tidak peduli. Cheol Woong diharuskan menulis surat permintaan maaf sepanjang 10 halaman karena memainkan jenis musik yang salah.

Agar terhindar dari hukuman yang lebih besar, Cheol Woong berupaya berkelit dengan mengaku berasal dari keluarga yang berkuasa. Taktik itu berhasil. Namun, pengalaman itu membuatnya berpikir ulang mengenai negara tempat tinggalnya.

"Ketika saya di Moskwa banyak yang mengkritik Korea Utara, tetapi Anda merasa lebih berjiwa patriotisme di tanah asing. Saya berpikir, 'Apa pun yang mereka katakan tidak akan mengusik saya. Saya akan melakukan yang terbaik, loyal, dan melayani negara dengan kemampuan bermusik,'" kata dia.

"Saya mulai sadar harus melepaskan berbagai hal agar bisa hidup sebagai pianis di Korea Utara dan merasa kecewa. Saya menderita selama tiga hari mencari keputusan untuk melarikan diri atau tidak," kata Cheol Woong.

Pada akhirnya, dia memutuskan kabur dari Korea Utara. Meski dia khawatir tindakan itu akan berdampak negatif pada keluarganya, dia percaya mereka akan mengerti dan mendukung keputusannya itu.

Dia meninggalkan pesan untuk pacarnya, "Jangan tunggu saya!"

Cheol Woong pun pergi dan tidak berpamitan.

"Sangat tidak mungkin membicarakan itu dengan siapa pun. Jadi, saya bersiap-siap sendiri. Saya diberi tahu bila menyeberangi Sungai Tumen. Saya bisa masuk ke dunia bebas lewat China. Jadi, saya menuju ke sungai itu. Karena memiliki kartu identitas Pyongyang, saya tidak ditangkap di pos pemeriksaan identitas," ujarnya.

Berjalan sendiri, tanpa banyak bawaan selain uang tunai sebesar 2.000 dollar AS, dia tiba di sungai itu pada tengah malam. "Saya sangat takut. Saya melihat sekeliling dan mencari cara untuk menyeberang. Lalu, para anggota militer yang bersembunyi menemukan saya dan menunjukkan senjata."

"Saya mengangkat tangan, tetapi ingat uang tunai yang saya bawa. Saya memberikan 2.000 dollar AS itu kepada mereka. Ketika mereka menerima uang itu, mereka membantu saya menyeberang ke China," kata dia.


Jadi petani di China

Setelah tiba di seberang sungai, Cheol Woong diarahkan ke sebuah desa kecil. "Saya mengatakan kepada warga di sana, saya bisa main piano. Namun, mereka berkata, "Anda masih harus bekerja." "Jadi, saya membantu bekerja di lahan pertanian. Saya juga bekerja sebagai penebang kayu di pegunungan. Masa itu sungguh berat dan sulit bagi saya. Saya lelah, lapar, dan kedinginan," ujarnya.

Ketika bekerja di sebuah pabrik kayu, dia bertemu seorang pembelot Korut lainnya yang menceritakannya tentang sebuah gereja dekat sana yang memiliki piano. Piano itu sudah tua dan tidak bekerja dengan baik, tetapi dia sangat gembira melihatnya.

"Ketika saya bermain piano lagi, saya menjadi sangat emosional, saya tersentuh," katanya.

Cheol Woong menjadi pianis tetap di gereja itu, memukau semua orang dengan keahliannya. Dia berpura-pura menjadi orang Korea Selatan yang tidak bisa berbahasa China dengan lancar. Akhirnya, setelah lebih dari setahun setelah meninggalkan Pyongyang, dia berhasil mendapatkan paspor Korea Selatan palsu dan terbang ke Seoul menuju kehidupan baru.

Dia menikah, memiliki keluarga, dan membangun karier sukses sebagai pianis konser yang tampil di seluruh dunia. Dia juga telah mendirikan lembaga amal untuk mendidik anak-anak yang kabur dari Korea Utara dengan keluarganya.

"Saya ingin membantu anak-anak ini melalui pendidikan musik. Yang terpenting, saya ingin menunjukkan masa depan penyatuan melalui mereka."

Demi mencapai tujuannya, Cheol Woong baru-baru ini membuat orkestranya sendiri bernama Arirang Youth Orchestra yang terdiri dari remaja-remaja Korut dan Korsel. "Arirang" adalah sebuah lagu rakyat Korea tradisional mengenai cinta dan kehilangan. Dia mengatakan, itu satu-satunya lagu yang diketahui warga Korea Utara dan Selatan.

"Ketika saya memperkenalkan mereka, suatu hal yang indah terjadi. Awalnya, terdapat kesunyian canggung. Namun, setelah 10 menit, mereka mulai bermain bersama dan berteman. Melalui musik dan kerja sama, saya melihat anak-anak ini mulai membantu dan mendukung satu sama lain."

"Anak-anak muda ini sudah mengalami unifikasi, mereka menjadi satu. Jadi, kita bisa membayangkan masa depan Korea yang satu melalui mereka. Ditambah lagi, orkestra ini bisa menyampaikan pesan keharmonisan musik kepada mereka yang masih berperang di seluruh dunia," ujarnya.

Dia masih gemar memainkan "A Comme Amour". Dia juga sesekali teringat akan mantan kekasihnya, yang menurut pengakuannya, telah menikah dengan seorang aktor di negeri asalnya, Korea Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com