Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2014, 23:25 WIB
ISTANBUL, KOMPAS.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Senin (8/12/2014), berjanji akan menjadikan pelajaran tulisan Arab dan bahasa Ottoman menjadi pelajaran wajib di sekolah-sekolah.

Pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk menghapuskan bahasa Ottoman pada 1928 dan menggantikan huruf Arab yang digunakan dengan huruf Latin. Ataturk juga melakukan pemurnian pengaruh bahasa Arab, Persia dan Yunani untuk membentuk bahasa Turki yang murni untuk digunakan warga negeri itu.

Dewan Pendidikan Turki, yang sebagian besar anggotanya adalah pendukung pemerintahan Erdogan, memutuskan untuk mewajibkan pelajaran bahasa Ottoman di sekolah-sekolah agama dan menjadikannya pelajaran pilihan di sekolah-sekolah umum.

Erdogan menegaskan pelajaran bahasa Ottoman itu diperlukan untuk memperbaiki hubungan dengan "akar bangsa Turki", di mana sebagian besar warga negeri itu tak bisa lagi membaca tulisan di batu nisan para leluhur yang ditulis dalam tulisan Arab.

"Ada yang tidak menginginkan pelajaran ini dan itu adalah bahaya besar. Suka atau tidak, bahasa Ottoman akan dipelajari dan diajarkan di negeri ini," ujar Erdogan di hadapan sidang dewan keagamaan di Ankara.

"Ini bukan bahasa asing. Bahasa ini adalah sebuah bentuk bahasa Turki yang tidak akan pernah hilang dimakan usia," lanjut Erdogan.

Sejulam kalangan mengkritik keputusan Erdogan itu dengan menyebut pemerintah Turki saat ini mencoba untuk menghapus reformasi sekuler Ataturk, yang berbasis pemisahan antara utusan agama dan kenegaraan.

Pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu mengatakan langkah Erdogan ini adalah upaya utuk membuah anak-anak Turki berhenti bertanya soal dunia. "Pemerintah ingin membawa Turki kembali menjadi negara abad pertengahan, namun mereka tak akan pernah berhasil," ujar Kemal.

Bahkan politisi dari partai berkuasa Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP), Nursuna Memecan juga mengkritik keinginan Erdogan itu. "Saya tak bisa memahami bagaimana pelajaran ini bisa memberi kontribusi terhadap generasi mendatang yang harus berlomba menghadapi teknologi dunia yang terus maju," ujar Nursuna.

Namun, Perdana Menteri Ahmet Davutoglu balik mengecam para pengkritik keputusan Erdogan ini. "Mengapa mereka begitu alergi terhadap sejarah? Mengapa mereka membenci budaya sendiri? Ini semua di luar pemahaman kami," ujar Davutoglu.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com