Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Video Rudal Balistik China, AS Berniat Pasang Radar di Jepang

Kompas.com - 29/01/2019, 20:25 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) berencana untuk membangun radar di Jepang yang bisa mendeteksi keberadaan rudal balistik.

Sumber di pemerintah Jepang dan AS menuturkan, Washington telah meminta izin agar mereka bisa membangun unit Radar Pertahanan Tanah Air.

Harian Yomiuri via SCMP Selasa (29/1/2019) melansir, unit itu bakal memberi AS peringatan dini akan adanya rudal yang diluncurkan dari Rusia, China, maupun Korea Utara (Korut).

Baca juga: China Pamerkan Rudal Balistik yang Bisa Hantam Wilayah AS

Lance Gatling, analis pertahanan dari Firefly Aerospace memprediksi, radar itu kemungkinan sama dengan yang dibangun di Oahu, Hawaii.

Kontrak untuk membangun sistem radar di Oahu dilaporkan senilai 585 juta dollar AS, sekitar Rp 2 triliun. Sementara nilai pembangunan radar di Jepang belum terpublikasikan.

Kabar rencana AS itu muncul setelah China merilis video peluncuran rudal balistik antar-benua (ICBM) jarak menengah bernama Dongfeng-26 atau DF-26.

Rudal itu dilaporkan bisa menempuh jarak 3.000-5.741 km, dan mendapat julukan "Guam Killer" karena bisa menghantam Pulau Guam milik AS yang berada di kawasan barat Pasifik.

"Dengan memasang radar di Jepang, AS bisa mengetahui peluncuran ICBM dari China atau Korut secara cepat daripada radar di Alaska maupun Hawaii," terang Gatling.

Jika memaksa mengandalkan radar di Alaska maupun Hawaii, Washington bakal mengalami kesulitan karena jangkauannya terhalang lengkung Bumi.

Dengan radar di Hawaii misalnya, AS baru bisa mendeteksi ICBM setelah mencapai ketinggian tertentu dalam kecepatan tinggi.

"Jadi, pembangunan radar di Jepang bisa memberikan mereka tambahan waktu beberapa detik untuk merespon," papar Gatling.

Unit radar di Hawaii direncanakan bakal beroperasi pada 2023. Adapun pembangunan radar di Jepang dicanangkan rampung 2025 mendatang.

Selain mendeteksi rudal balistik, keberadaan radar itu juga berfungsi melacak satelit asing yang hendak melumpuhkan satelit AS.

Profesor tamu hubungan internasional di Universitas Daito Bunka Garren Mulloy menuturkan, dia yakin pasti ada suara vokal yang menentang adanya peralatan militer AS.

Namun di sisi lain, publik mengetahui mereka butuh sistem pertahanan dari serangan rudal sebagai landasan untuk menyepakati proyek itu.

"Warga maupun politisi di sini lebih sependapat dengan pendekatan AS daripada Korea Selatan (Korsel) sebagai contoh," kata Mulloy.

Baca juga: Korea Selatan Luncurkan Kapal Selam Peluncur Rudal Balistik Pertama

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com