NEW ORLEANS, KOMPAS.com - Marla L Andrews mengenakan kacamatanya, memegang sebuah kantong plastik mendekat, dan mencoba untuk melihat sebuah cincin emas di dalamnya.
Penglihatan perempuan itu sudah amat buruk dan plastik tersebut buram sehingga sulit bagi Marla melihat tulisan di sisi dalam cincin itu.
Di bagian dalam cincin itu tertulis "P.D." dilengkapi gambar hati tertembus anak panah lalu tulisan "L.E.D. 5-31-43".
PD adalah inisial nama ibunda Marla, Phyllis Dickson. Sedangkan LED adalah singkatan nama ayahnya Kapten Lawrence E Dickson.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Jepang Menyerah dan Perang Dunia II Berakhir
Kapten Lawrence adalah pilot tempur skuadron Tuskegee dalam Perang Dunia II. Sementara angka yang tertera adalah 31 Mei 1943, ulang tahun ke-23 sang kapten.
Pekan lalu, Marla (76) duduk di ruang tamu kediamannya dan berjuang itu memahami artefak yang sudah menjadi sejarah Amerika Serikat itu.
Bulan lalu, Departemen Pertahanan AS mengumumkan bahwa Kapten Lawrence adalah satu dari lebih dari 20 penerbang kulit hitam dari skuadron Tuskegee yang masih dinyatakan hilang di masa Perang Dunia II.
Lawrence Dickson yang berlatih di Sekolah Penerbang AD Tuskegee, baru berusia 24 tahun saat pesawatnya jatuh di sebuah pegunungan di wilayah selatan Austria pada 23 Desember 1944, saat menjalani misi pengawalan.
73 tahun kemudian, cincin sang kapten ditemukan oleh seorang mahasiswa Universitas New Orleans, Titus Firmin saat sedang melakukan penggalian di lokasi jatuhnya pesawat di dekat kota Hohenthum.
Selain cincin, beberapa benda-benda personal lain ditemukan bersama dengan sisa-sisa pesawat yang naas itu.
Baca juga: Kisah 3 Pilot Rusia yang Tembak Jatuh Pesawat di Perang Dunia II
Pada Kamis (9/8/2018), kepala bagian identifikasi Unit Repatriasi Konflik Masa Lalu AD Michael Mee mengantarkan cincin itu kepada Marla.
Michael juga membawa laporan resmi tentang nasib sang kapten yang adalah ayah dari Marla Andrews.