WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menilai permukiman yang dibangun Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur berpotensi mempersulit proses perdamaian negara itu dengan Palestina.
Trump mendesak Israel untuk bersikap saksama soal permukiman tersebut.
Kepada surat kabar konservatif Israel, Yisrael Hayom, seperti dilansir dari BBC, Senin (12/2/2018), Trump mengaku tidak yakin bahwa baik Palestina maupun Israel siap memulai perdamaian.
Pernyataan Trump itu dimuat dalam Yisrael Hayom edisi Minggu kemarin, setelah pada Desember 2017, dia memicu kemarahan Palestina karena mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Trump juga mengancam pembekuan bantuan kemanusiaan jika Palestina menolak perundingan damai dengan Israel.
Baca juga : Israel Tangkap 520 Warga Palestina selama Januari
Ketika Pemimpin Redaksi Yisrael Hayom, Boaz Bismouth, menanyakan rencana AS mengeluarkan skema perdamaian AS-Palestina, Trump berkata, "Kami terus memantau perkembangan yang terjadi."
"Saat ini masyarakat Palestina belum ingin berdamai, mereka belum menuju ke arah itu," ujar Trump.
"Sementara Israel, saya pun tidak yakin mereka tertarik menggelar perdamaian. Jadi AS akan menunggu sembari melihat yang akan terjadi," tambahnya.
Ketika ditanya apakah AS menyertakan pemukiman Israel dalam rencana perdamaian itu, Trump berkata, "Kami akan terus membicarakannya."
"Permukiman penduduk itu sangat dan akan terus memperkusut proses perdamaian. Jadi saya menilai Israel harus sangat berhati-hati dengan program pemukiman," ucapnya.
Lebih dari 600.000 orang tinggal di sekitar 140 pemukiman yang dibangun sejak pendudukan Israel atas Tepi Barat dan Yerusalem Timur pada 1967.
Merujuk hukum internasional, program pembangunan desa dan rumah-rumah itu ilegal, walaupun Israel menyangkalnya.
Dalam wawancara itu, Trump menyebut pengakuan AS terhadap Yerusalem Timur sebagai ibu kota Israel merupakan hal paling menonjol selama satu tahun pertama pemerintahannya.
"Saya kira Yerusalem adalah hal besar dan penting," ujarnya.